Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemarau Panjang, Produksi Garam Jateng Surplus

Musim kemarau panjang turut berdampak kepada peningkatan produktivitas petambak garam di Jawa Tengah, sehingga terjadi surplus di pasar.
Ilustrasi petambak memanen garam./Antara-Dedhez Anggara
Ilustrasi petambak memanen garam./Antara-Dedhez Anggara

Bisnis.com, SEMARANG – Musim kemarau panjang turut berdampak kepada peningkatan produktivitas petambak garam di Jawa Tengah, sehingga terjadi surplus di pasar.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jateng Fendiawan Tiskiantoro menyampaikan produksi petambak garam di Jateng selama 10 bulan pertama 2019 mencapai 1,043 juta ton. Volume itu tumbuh 38,8% year-to date (ytd) dari produksi 2018 sejumlah 751.463 ton.

Namun, kebutuhan garam untuk pasar industri di Jateng berkisar 362.000 ton per tahun. Oleh karena itu, terjadi surplus pasokan garam yang membuat harganya anjlok.

“Produksi memang cenderung menanjak sejak 2017. Pada 2019 dampak kemarau panjang berimbas terhadap peningkatan produktivitas, sehingga terjadi surplus yang menekan harga,” ujarnya pada Rabu (20/11/2019).

Sebelumnya pada 2016, produksi petambak garam hanya 26.000 ton akibat hujan berkepanjangan. Harga pun sempat melambung Rp1.000 per kilo gram di tingkat petani. Pada 2017, produksi garam berangsur pulih menjadi 307.000 ton.

Dengan kondisi surplus yang melebar, kini harga garam di petani berkisar Rp350—Rp400 per kg. Perbedaan harga bergantung kepada tingkat kualitas kadar garam atau NACL.

Kelas I merupakan garam dengan kadar NACL 97%, sesuai standar kebutuhan industri. Adapun, garam kelas II memiliki kadar NACL 94%-97%, dan kelas III dengan kadar NACL di bawah 94%.

Lahan tambak garam di Jateng mencapai 6.830 hektare, yang tersebar di delapan kabupaten. Lahan tambak garam terbesar berada di Pati seluas 3.000 ha, selanjutnya Rembang 1.600 ha, Demak 1.200 ha, Brebes 560 ha, dan Jepara 500 ha.

Adapun, di Cilacap, Kebumen, dan Batang, pembukaan lahan tambak baru dimulai pada tahun ini, sehingga masih tahap awal dan produksinya belum optimal.

Untuk menyiasati persoalan surplus pasokan, Fendiawan menyampaikan pemerintah sudah menyiapkan 5 gudang garam dengan kapasitas masing-masing 1.000 ton di Rembang, Pati, Jepara, Brebes, dan Demak.

“Ketika garam melimpah dan harganya anjlok, strateginya bisa ditahan di gudang ini. Setelah harga kembali stabil, baru dilepas lagi ke pasar,” ujarnya.

Dia berharapan kestabilan harga garam dapat berdampak positif terhadap para petambak yang jumlahnya mencapai 14.836 orang.

Selain itu, langkah jangka panjang juga sudah diupayakan untuk melindungi petani garam dari kerugian Di antaranya ialah berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng untuk mencarikan pasar garam masyarakat.

Dari pemerintah pusat, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan menetapkan harga pokok produksi (HPP) garam industri pada awal 2020. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga tengah menyusun masterplan kawasan ekonomi garam mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler