Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Andalkan Bahan Baku China, Tekstil Jateng bisa Terdampak Corona

Penanganan virus corona yang berlarut berpotensi menekan ekonomi Jawa Tengah mengingat besarnya ketergantungan Jateng terhadap pasokan barang dari China.
Ganjar Pranowo saat mengunjungi Pabrik Sritex di Sukoharjo./Istimewa
Ganjar Pranowo saat mengunjungi Pabrik Sritex di Sukoharjo./Istimewa

Bisnis.com, SEMARANG - Penanganan Virus Corona yang berlarut berpotensi menekan ekonomi Jawa Tengah mengingat besarnya ketergantungan Jateng terhadap pasokan bahah baku dari China.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng Soekowardojo mengungkapkan sebagian produsen tekstil di Jawa Tengah menggantungkan pasokan bahan baku dari China. Kondisi semacam ini menurutnya berpotensi menurunkan kinerja industri tekstil di Jawa Tengah.

"Tekstil untuk dua bulan ke depan masih ada. Tapi impor tekstil dari China cukup besar, nah ini yang akan terdampak [virus corona]," ungkap Seokowardojo di Semarang, Kamis (20/2/2020).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menunjukkan selama 2019 lalu, porsi impor non migas dari China mencapai 47,4% atau US$4,1 miliar dari keseluruhan impor Jateng yang mencapai US$8,6 miliar.

Jumlah ini melebihi impor dari kawasan lainnya seperti Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing hanya berkontribusi 6,51% dan 7,45% dari total impor Jateng.

Dari sisi komoditas, jenis bahan baku tekstil yang diimpor ke Jateng mencakup empat jenis barang mulai dari kapas senilai US$581,9 juta, serat stafel buatan senilai US$360,4 juta, kain rajutan US$315,8 juta dan filamen buatan senilai US$215,8 juta.

Soekowardojo menambahkan besarnya besarnya porsi impor Jateng dari China ini bisa dilihat dalam beberapa aspek. Pertama, jika kondisi ini berlarut industri-industri strategis di Jateng terutama tekstil bisa terdampak.

Kedua, turunnya kinerja tekstil juga berpotensi menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Jateng 2020 yang berada di kisaran 5,4% - 5,8%.

"Jadi kalau sampai April 2020 tidak ada impor, tentunya ini akan berpengaruh ke tekstil Jawa Tengah," jelasnya.

Apalagi jika melihat tren ekspor non migas Jateng industri tekstil dan produk tekstil (TPT) lainnya memiliki kontribusi cukup signifikan. Sebagai contoh, komoditas pakaian jadi bukan rajutan, nilai ekspor komoditas tersebut pada 2019 mencapai US$2,05 miliar atau naik dibandingkan periode 2018 yang hanya US$1,9 miliar. Jumlah ini setara 25% dari total ekspor non migas Jateng 2019 sebanyak US$8,2 miliar.

Di satu sisi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah dalam paparan terkait kinerja neraca perdagangan Jawa Tengah belum lama ini mengungkapkan bahwa di Jateng, beberapa pabrikan telah melakukan subtitusi impor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper