Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Covid-19 Merebak, Pakar UNS Sarankan Pemerintah Amankan Stok Pangan

“Merebaknya Covid-19 tentu berdampak terhadap ketersediaan pangan di Indonesia, terutama ketersediaan pangan yang bersumber dari impor,” ujar Sri
Ilustrasi/Bisnis-Rachman
Ilustrasi/Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pakar pertanian dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menghimbau kepada pemerintah supaya bisa mengamankan stok pangan dalam negeri seiring dengan merebaknya Covid-19. Himbauan ini disampaikan oleh Dr. Sri Marwanti yang merupakan Kepala Program Studi (Kaprodi) Agribisnis Fakultas Pertanian (FP) UNS lantaran merebaknya Covid-19 akan berdampak terhadap ketersediaan bahan pangan di Indonesia.

“Merebaknya Covid-19 tentu berdampak terhadap ketersediaan pangan di Indonesia, terutama ketersediaan pangan yang bersumber dari impor,” ujar Sri dalam situs resmi UNS, Sabtu (21/3/2020).

Diprediksi pula, ketersediaan pangan akan menipis. Hal ini dikarenakan pasokan pangan yang terhambat mengingat banyak negara yang menghimbau para warganya untuk melakukan social distancing bahkan sampai melakukan lockdown. Pada akhirnya akan membawa dampak pula pada meningkatnya harga pangan dan meningkatnya inflasi.

“Kelangkaan pasokan pangan akan berdampak pada meningkatnya harga pangan dan meningkatnya inflasi,” imbuh Sri.

Lantaran adanya batasan impor, hal ini menjadi tantangan produksi pangan domestik agar meningkatkan hasilnya dengan kualitas yang baik dengan harapan dapat meningkatkan kemandirian.

“Dampak positifnya menjadi tantangan untuk meningkatkan produksi pangan domestik dan meningkatkan kemandirian pangan melalui konsumsi pangan lokal. Saat ini bulan Maret-April memasuki panen raya padi sehingga untuk ketersediaan beras perlu dikelola dengan lebih baik. Ini dilakukan supaya masyarakat bisa mengakses dengan mudah dan harga terjangkau,” imbuhnya.

Ketersediaan pangan di Indonesia masih mencukupi kebutuhan, namun bisa juga panic buying akan timbul. Hal ini yang akan mengakibatkan kelangkaan bahan pangan.

“Sebenarnya ketersediaan pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi darurat bencana non alam menimbulkan panic buying khususnya untuk kebutuhan pokok,” papar Sri.

Selanjutnya Sri juga menambahkan bahwa terjadinya panic buying yang terjadi di beberapa tempat karena merebaknya Covid-19 membuat beberapa daerah mengambil kebijakan membatasi akses keluar rumah untuk beberapa minggu. Ini membuat pangan yang semula menjadi kebutuhan harian bagi konsumen yang bisa dibeli sewaktu-waktu berubah menjadi kebutuhan bulanan yang harus dicadangkan di rumah selama masa darurat yang waktunya diperpanjang sampai akhir bulan Mei mendatang.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya panic buying ini. Pemerintah telah mengambil tindakan untuk mengamankan pasokan pangan, mengelola cadangan pangan, dan memperlancar distribusi ke daerah-daerah yang mengalami kekurangan pasokan pangan. Tentu, hal ini diharapkan dapat menekan adanya panic buying.

Apabila terjadi kelangkaan bahan pangan pokok seperti beras, maka bisa beralih ke kelompok biji-bijian dan umbi-umbian.

“Banyak jenisnya baik dari kelompok biji-bijian maupun umbi-umbian. Edukasi tentang diversifikasi pangan pokok selain beras waktunya untuk diimplementasikan oleh masyarakat,” terang Sri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper