Bisnis.com, SEMARANG - Kinerja industri Jawa Tengah selama kuartal 1/2020 terhempas kelangkaan pasokan bahan baku dan merosotnya permintaan akibat pendemi Corona.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menunjukkan sektor manufaktur hanya tumbuh 2,45% year-on-year. Padahal kuartal 1 tahun sebelumnya, sektor ini mampu tumbuh di angka 4,16%.
Sementara itu dilihat dari kinerja ekspornya, ekspor Jateng ke negara-negara tujuan utama hanya tumbuh 3,19% atau jauh melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sempat tembus di angka 7,75%.
Kondisi ini diakui Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) karena pengaruh langsung pendemi corona atau covid - 19. Pandemi corona telah berpengaruh ke suplai & permintaan bagi industri Jateng. Akibat serangan di dua sisi itu, industri Jateng mengalami penurunan kinerja.
"Tekstil & produk tekstil (TPT) (misalnya), memang menurun karena adanya penurunan permintaan dari Amerika Serikat (AS)," kata Kepala Disperindag Jateng Arif Sambodo kepada Bisnis, yang dikutip Jumat (8/5/2019).
Dalam catatan Bisnis, Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor Jateng. Ekspor Jateng ke negeri Paman Sam tersebut mencakup garmen, furnitur, produk kayu semi olahan, hingga sepatu dan alas kaki.
Tahun 2019 lalu, berdasarkan data Kantor Pengawasan & Pelayanan (KPP) Bea Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas, ekspor Jateng ke AS mencapai Rp27,58 triliun. Sementara hingga April 2020 lalu, total ekspor Jateng ke AS telah mencapai Rp9,05 triliun.
Besarnya porsi ekspor Jateng ke AS membuat ekspor Jateng mulai terpengaruh, apalagi AS juga sedang sibuk mengatasi pandemi covid - 19.
Di satu sisi, penyebab lain menurunnya kinerja industri Jateng adalah pasokan bahan baku yang sulit didapatkan selama kuartal 1/2020. Kelangkaan bahan baku ini terutama karena China masih berjibaku menghadapi pandemi corona. Sedangkan 50% lebih impor Jateng berasal dari China.
Data BPS selama kuartal 1/2020, impor bahan baku penolong tumbuh 0,14%. Sementara jika dibandingkan kuartal IV/2019, impor bahan baku terkontraksi hingga 5,32%. Salah satu komoditas yang terpengaruh akibat kelangkaan bahan baku ini adalah serat stafel buatan yang kinerja ekspornya terkontraksi di atas 30%.
"Serat stafel buatan, inikan bahan bakunya dari China dan bulan-bulan kemarin kita kesulitan dapat bahan baku karena lockdown," tukasnya.
Kendati demikian, seiring dengan normalisasi aktivitas di China, impor bahan baku untuk Jateng mulai menunjukkan peningkatan. Data KPP BC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas hingga tanggal 24 April lalu, impor bahan baku penolong tercatat mengalami kenaikan dibandingkan Maret 2020.
Total impor bahan baku pada waktu itu sebanyak Rp3,8 triliun atau naik setelah anjlok pada Maret 2020 sebanyak Rp3,4 triliun. Namun jumlah ini anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp4,3 triliun.
Kepala KPP BC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Anton Martin mengungkapkan bahwa pulihnya China mendorong peningkatan impor di Jateng. Pasokan bahan baku untuk industri juga mengalami peningkatan.
"Iya meningkat, karena China sudah pulih dan importasi di Tanjung Emas mayoritas berasal dari sana," tukasnya.