Bisnis.com, SRAGEN - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen belum menyebut klaster penularan Covid-19 untuk kasus tiga orang sekeluarga di Desa Wonorejo, Kalijambe, yang meninggal dengan dua di antaranya positif virus corona.
Tiga orang satu keluarga yang meninggal itu terdiri atas seorang anak perempuan yang baru menikah berinisial LD, 28, ibunya berinisial S, 57, dan ayahnya, SD, 60. LD meninggal pada Kamis (5/11/2020), S menyusul sehari kemudian.
Sedangkan sang ayah, LD meninggal pada Senin (9/11/2020). DKK Sragen melakukan tracing kontak klaster keluarga tersebut dengan mengambil sampel swab 119 orang di Technopark Sragen, Selasa (10/11/2020).
Kepala DKK Sragen dr Hargiyanto kepada JIBI yang menghubunginya, Selasa (10/11/2020) siang, menjelaskan kasus sekeluarga yang meninggal di Kalijambe itu masih klaster keluarga, belum dikatakan klaster hajatan.
Ia mengatakan DKK sudah melakukan tracing dan menemukan 119 orang kontak erat, salah satunya menantu dari satu keluarga itu. Kontak erat itu menjalani pengambilan sampel swab di Technopark Sragen.
“Namun, 119 orang yang belum tentu datang semua. Saya belum mendapat laporan hasil swab test. Nah, kalau dari 119 orang itu hasilnya ada yang terkonfirmasi positif Covid-19, nanti bisa masuk klaster hajatan,” ujarnya.
Baca Juga
Hargiyanto menyampaikan ada penambahan kasus baru konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 14 orang pada Selasa. Tiga orang dari 14 kasus itu meninggal dunia.
Salah satu kasus kematian itu menyebut S, 54, warga Desa Wonorejo, Kalijambe, Sragen, yang meninggal Senin (9/11/2020) sore di RSUD dr. Soeratno Gemolong, Sragen.
Dua warga lainnya yang meninggal dunia berasal dari Kecamatan Sragen Kota yakni IS, 62, warga Sragen Kulon yang meninggal dunia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dan TW, 61, warga Kelurahan Karangtengah, yang meninggal di RS Kasih Ibu Solo.
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sragen Dedy Endriyatno saat wawancara dengan wartawan mengaku baru tahu ada kasus sekeluarga meninggal di Wonorejo, Kalijambe.
Dedy mengaku masih berkoordinasi dengan DKK dan untuk penanganan masih fokus pada klaster keluarga karena yang paling dominan.
Ketika Wonorejo itu menjadi klaster hajatan, Dedy mengatakan tidak akan mengambil kebijakan ekstrem melarang hajatan tetapi mempertimbangkan adanya jaminan protokol kesehatan.
“Yang jelas akan memperketat protokol kesehatan. Misalnya, tidak perlu menuliskan daftar hadir karena pulpennya bisa menjadi sumber penularan. Selain itu tidak perlu makan di tempat hajatan baik prasmanan atau makan biasa, dan seterusnya,” ujarnya.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) DKK Sragen, dr. Sri Subekti, mengatakan selain tambahan 14 kasus baru positif corona, juga ada tujuh orang yang sembuh. Mereka dari Gemolong, Sukodono, Kalijambe, Masaran, dan Karangmalang.
Total kasus konfirmasi positif Covid-19 Sragen per Selasa mencapai 967 orang. Perinciannya 158 orang rawat inap, 769 orang sembuh, dan 40 orang meninggal dunia.