Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 di Jateng Melonjak, Kadinkes: Karena Tesnya Banyak

Jumlah pemeriksaan atau testing Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah pada minggu ke-48 mencapai 70.053 spesimen atau dua kali lipat dari standar minimum yang ditetapkan WHO.
Salah seorang penumpang kereta api sedang melakukan rapid test di Stasiun Tawang Kota Semarang, Jawa Tengah pada Kamis 30 Juli 2020./Bisns-Alif Nazzala Rizqi
Salah seorang penumpang kereta api sedang melakukan rapid test di Stasiun Tawang Kota Semarang, Jawa Tengah pada Kamis 30 Juli 2020./Bisns-Alif Nazzala Rizqi

Bisnis.com, SEMARANG – Upaya Jawa Tengah memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan cara pelacakan atatu tracing terus dilakukan. Bahkan jumlah pemeriksaan atau testing di Provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo ini telah melampaui target tes yang ditetapkan WHO.

Dalam standar tes Covid-19 yang ditetapkan WHO, pemeriksaan yang harus dilakukan adalah 1 per 1.000 penduduk dalam kurun waktu satu minggu. Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah sekitar 34 juta, maka standar pemeriksaan Covid-19 di provinsi ini mencapai 34.000 orang per minggu.

“Jumlah testing PCR di Jawa Tengah pada minggu ke-48 adalah 70.053 tes. Padahal sesuai target WHO yang mensyaratkan 1 per 1000 penduduk perminggu, seharusnya hanya 34.000 warga yang dites. Jadi, jumlah tes kita dua kali lebih tinggi dari target WHO,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo Senin (30/11/2020).

Yulianto menerangkan, tingginya tes di Jateng ini tentu berpengaruh pada tingginya angka kasus positif Covid-19. Pasalnya, semakin banyak tes yang dilakukan, maka akan semakin banyak kasus yang ditemukan.

“Ini yang perlu diketahui masyarakat. Jadi masyarakat harus paham, kalau kasus ditemukan banyak karena tesnya banyak, itu hal yang positif. Artinya, kita semua bisa tahu lebih dini, sehingga bisa memberikan respon yang lebih cepat. Kalau jumlah tesnya sedikit, tentunya yang diketahui hasilnya sedikit,” jelasnya.

Yulianto menerangkan, upaya menggejot testing sesuai target WHO sepertinya tidak dilakukan oleh semua daerah di Indonesia. Dia menyebut, masih banyak provinsi lain yang belum mencapai target tes yang ditetapkan WHO itu.

Dari data Satgas Covid-19 pusat menyebutkan, pada minggu II November lalu, jumlah tes PCR di Jawa Tengah sudah mencapai 1.416 tes. Jumlah itu lebih tinggi dibanding denga Jawa Barat yang hanya melakukan tes sebanyak 789 tes PCR perminggu dan Jawa Timur sebanyak 820 tes seminggu.

“Provinsi lain memang belum banyak yang sudah sesuai target WHO. Yang tidak mencapai itu masih banyak. Itu hanya perbandingan saja, ukurannya itu kan 1 per 1000 penduduk perminggu,” tegasnya.

Tingginya testing tersebut lanjut Yulianto memang berdampak pada tingginya angka positif Covid-19 di Jawa Tengah. Namun dengan masifnya pengetesan, dapat diketahui siapa saja yang positif, sehingga dapat dilakukan penanganan atau treatment dengan baik dan benar.

“Dengan begitu, angka kematian bisa terus ditekan. Dan itu terbukti dengan terus turunnya angka kematian di Jawa Tengah tiap minggunya,” jelasnya.

Pada Minggu ke-44 lanjut, Yulianto, angka kematian akibat Covid-19 di Jawa Tengah mencapai 5,11. Angka itu terus mengalami penurunan di angka 4,94 di Minggu ke-45, turun lagi menjadi 4,62 pada Minggu ke-46, turun lagi 4,49 pada Minggu ke-47 dan sekarang menjadi 4,25.

“Jadi semakin dini ditemukannya kasus positif dengan peningkatan testing itu, maka treatment-nya semakin bagus. Tentu itu sangat berdampak pada turunnya angka kematian di Jawa Tengah dan meningkatnya angka kesembuhan,” terangnya.

Di lain kesempatan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan akan terus menggenjot testing di Jawa Tengah. Menurutnya, hanya dengan cara itu maka rantai penyebaran Covid-19 akan bisa diputuskan. Meskipun dampaknya, jumlah kasus positif di Jateng akan terus meningkat.  “Testing tidak boleh berhenti,” katanya.

Ganjar juga meminta masyarakat untuk disiplin menjaga protokol kesehatan. Segenap tokoh agama, tokoh masyarakat juga diminta untuk terus berkampanye melakukan edukasi terkait penerapan protokol kesehatan di masyarakat.

“Edukasi soal protokol kesehatan harus terus ditingkatkan, dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan elemen masyarakat lainnya. Intinya, semua masyarakat harus disiplin menjaga protokol kesehatan itu,” tegasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper