Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Bawaslu Solo, Budi Wahyono mengajak semua pemilih untuk tak khawatir datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Sebab penyelenggara pemilu dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, pengawas TPS dan saksi sudah di-rapid test.
Selain itu akan diterapkan 15 norma baru untuk mencegah persebaran Covid-19. Di sisi lain Bawaslu Solo fokus mengawasi tahapan pilkada dari berbagai potensi pelanggaran menjelang dan saat pemungutan suara pada Rabu ini.
Salah satunya potensi terjadinya politik uang atau serangan fajar.
“Itu [serangan fajar] termasuk yang jadi pengawasan kami. Walau di pemilu-pemilu Solo sebelumnya tak terjadi. Mudah-mudahan tak terjadi politik uang,” kata dia dikutip dari Solopos.com, Rabu (9/12/2020).
Baca Juga : Membaca Peluang Gibran di Pilkada Solo |
---|
Sementara Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti, memastikan semua logistik, APD, dan petugas penyelenggara sudah siap pada Rabu. Dia juga optimistis tingkat partisipasi pemilih masih bisa sesuai target yang ditetapkan 77,5 persen.
“Kami tetap harus optimistis. Sampai H-1 pilkada kami masih terus berkeliling mengajak masyarakat untuk datang ke TPS pada hari pemungutan suara. Kami terapkan protokol kesehatan, ada 15 norma baru yang diterapkan,” imbuh dia
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, berpesan kepada para pemilih Pilkada 2020 agar memilih pasangan cawali-cawawali berdasarkan integritas, kemampuan, profesionalitas, visi-misi, hingga program unggulan mereka.
Tujuannya, menurut pengamat politik itu, agar pasangan pemimpin Solo lima tahun ke depan merupakan figur yang benar-benar mampu membawa perubahan dan kemajuan bagi kota dan rakyatnya.
“Pilih calon berdasarkan preferensi yang jelas, yang mampu mewujudkan inovasi pembangunan, mewujudkan kesejahteraan. Pilih pemimpin yang mampu mewujudkan perubahan, jangan pilih berdasarkan politik uang,” tutur dia melalui ponsel, Selasa (8/12/2020).
Menurut Agus politik uang hanya akan merusak demokrasi dan kualitas pemilu. Ihwal pemilu di tengah pandemi, dia menilai akan berdampak terhadap tingkat partisipasi pemilih. Kondisi itu yang juga terjadi di pemilu banyak negara.
“Pemilu di banyak negara juga menurun partisipasi pemilihnya, baik pemilu nasional atau daerah. Sebab orang takut untuk keluar rumah,” imbuh dia. Menjadi tugas semua pihak untuk meningkatkan partisipasi pemilih di Pilkada 2020.