Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keyakinan Konsumen Terhadap Ekonomi Jateng Melemah

Melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen pada Februari 2021 disebabkan oleh menurunnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan.
Indeks keyakinan konsumen di Provinsi Jawa Tengah./Bank Indonesia
Indeks keyakinan konsumen di Provinsi Jawa Tengah./Bank Indonesia

Bisnis.com, SEMARANG - Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia kepada 700 responden rumah tangga di Jawa Tengah mengindikasikan perbaikan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Tengah tertahan pada Februari 2021.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan, hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2021 sebesar 94,89, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 97,97.

"Melemahnya IKK pada Februari 2021 disebabkan oleh menurunnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan (6 bulan mendatang sampai Agustus 2021), sebagaimana tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tidak sekuat pada bulan sebelumnya dari 123,21 pada Januari 2021 menjadi 116,62," katanya Kamis (4/3/2021).

Kendati demikian, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan tetap terjaga dan berada pada level optimistis (>100). Optimisme tersebut didukung oleh keyakinan responden terhadap perbaikan perekonomian ke depan, seiring dengan prakiraan meredanya pandemi Covid-19 dan kegiatan vaksinasi yang saat ini sudah mulai dilakukan.

Dia menambahkan, jika dilihat dari komponen pembentuknya, keyakinan responden terhadap peningkatan penghasilan kedepan tetap berada pada level yang tinggi dengan indeks ekspektasi penghasilan konsumen sebesar 129,81.

"Sebanyak 42,14 persen responden memperkirakan kenaikan penghasilan 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini dan 46,00 persen menyatakan stabil," ujarnya.

Lebih lanjut, konsumen memperkirakan ketersediaan lapangan kerja akan meningkat sejalan dengan kegiatan usaha yang membaik. Hal ini tercermin dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha masing-masing sebesar 109,56 dan 110,48 (optimis > 100).

"Dari nilai tersebut, sebanyak 38,29 persen responden memperkirakan ketersediaan lapangan kerja akan meningkat dan 32,29 persen menyatakan stabil. Demikian pula untuk responden yang menyatakan kegiatan usaha kedepan akan membaik sebesar 41,14 persen dan stabil 26,14 persen," jelasnya.

Sementara itu lanjut dia untuk penurunan IKK tertahan karena menguatnya persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini yang diukur dari tingkat pendapatan, ketersediaan lapangan kerja, dan tingkat konsumsi durable goods. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) meningkat menjadi sebesar 73,16 dari bulan sebelumnya yang sebesar 72,74.

Meskipun masih berada pada zona pesimis (<100), namun terdapat indikasi peningkatan jumlah responden yang beranggapan bahwa tingkat penghasilan konsumen saat ini mengalami peningkatan.

"Hal ini tercermin dari indeks penghasilan konsumen sebesar 83,33 dimana sebanyak 38,14 persen responden menyatakan penghasilan mereka saat ini relatif stabil dan 20,29 persen responden yang mengalami peningkatan penghasilan dibandingkan dengan enam bulan yang lalu," tuturnya.

Dari sisi persepsi konsumsi terhadap barang-barang tahan lama, terdapat indikasi peningkatan jumlah responden yang melakukan konsumsi barang tahan lama yang tercermin dari indeks konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama sebesar 86,85 dimana sebanyak 53,14 persen menyatakan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat ini relatif stabil dan 15,86 persen responden mengalami peningkatan dibandingkan dengan enam bulan yang lalu.

Sementara itu lanjut dia, dari sisi ketersediaan lapangan kerja sebagian besar responden masih beranggapan bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini masih terbatas yang ditunjukkan oleh indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 49,30. Sebanyak 22,43 persen responden menyatakan ketersediaan lapangan kerja saat ini relatif stabil dan 12,29 persen responden mengalami peningkatan dibandingkan dengan enam bulan lalu.

"Pesimisme responden terhadap kondisi perekonomian saat ini juga terkonfirmasi dari penurunan penyaluran kredit perbankan. Kredit konsumsi, sebagai salah satu indikator daya beli sektor rumah tangga mengalami penurunan dari 0,50% (yoy) pada Desember 2020 menjadi -0,03 persen (yoy) pada Januari 2021," tuturnya.

Berdasarkan dari jenisnya, kredit kendaraan bermotor (KKB) mengalami penurunan dari -24,28 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi -25,90 persen (yoy). Perlambatan terjadi pada kredit perumahan (KPR) dari 1,66 persen (yoy) pada Desember 2020 menjadi 1,29 persen (yoy) pada Januari 2021, demikian pula kredit multiguna terpantau tumbuh melambat dari 6,67 persen (yoy) menjadi 5,79 persen (yoy).

"Jika ditinjau dari kredit sektor produktif sebagai indikator tingkat penghasilan penyediaan lapangan kerja bagi sektor rumah tangga, tercatat mengalami peningkatan terbatas dari 2,15 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 2,68 persen (yoy), dimana kredit investasi mengalami peningkatan dari 15,94 persen (yoy) menjadi 17,75 persen (yoy), sementara kredit modal kerja masih mengalami penurunan dari -2,36 persen (yoy) menjadi -2,37 persen (yoy). (k28)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper