Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Berdayakan Pengrajin Gula di Cilacap

Para penderas nila di Desa Karangsari, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap yang berada di sekitar lokasi operasi dari Fuel Terminal Maos mendapatkan pelatihan untuk mengolah nira menjadi gula kelapa berkualitas tinggi.
Istimewa/Humas Pertamina
Istimewa/Humas Pertamina

Bisnis.com, CILACAP - Sejak 2020, Pertamina berupaya memberdayakan pengrajin gula kelapa di Kabupaten Cilacap dengan membentuk program Pendekar.

Pendekar merupakan kependekan dari Penderas Badek Karangsari. Melalui program yang digagas Pertamina, para penderas nila di Desa Karangsari, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap yang berada di sekitar lokasi operasi dari Fuel Terminal Maos mendapatkan pelatihan untuk mengolah nira menjadi gula kelapa berkualitas tinggi.

Semula, penderes di lokasi tersebut masih menggunakan metode lama yang tidak efektif dan efisien, baik secara bisnis maupun lingkungan. Seperti hasil produksi berupa gula cetak yang memiliki nilai ekonomi rendah hingga penggunaan kayu pohon sebagai bahan bakar yang tidak ramah lingkungan.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Brasto Galih Nugroho menjelaskan bahwa program tersebut dilakukan dengan harapan dapat memberdayakan kelompok penderes setempat hingga memperoleh dampak peningkatan aspek kesejahteraan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Program tersebut merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility

“Setidaknya ada 150 penderes dan 102 perempuan yang tergabung ke dalam program Pendekar yang kami jalankan,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (11/10/2021).

Dalam program tersebut, menurut Brasto, pada penderas nira mendapatkan pelatihan pengolahan gula dengan metode baru yang lebih efektif dan efisien juga lebih ramah lingkungan. Seperti penggunaan kompor gas untuk menggantikan kayu bakar, serta pengolahan gula semut organik yang menghasilkan nilai ekonomi jauh lebih tinggi.

Brasto menuturkan, berkat konversi bahan bakar tersebut kelompok penderes mampu menghemat biaya produksi hingga Rp700.000 setiap bulannya.

“Tidak hanya itu, Pendekar tersebut juga menyelamatkan pohon dari penebangan yang digunakan untuk setiap penderes. setidaknya 600 kg setiap bulan,” ujar Brasto.

Program ini juga mampu menciptakan pertukaran nilai tambah atau Creating Shared Value (CSV) antara Pertamina dengan kelompok penderes dengan menjadikan kegiatan usaha penderes sebagai rantai nilai bisnis Pertamina melalui penggunaan produk LPG nonsubsidi, yaitu BrightGas.

Brasto menjelaskan program CSR Pendekar adalah salah satu dari wujud komitmen Pertamina dalam mengimplementasikan aspek Environmental, Social, Governance (ESG).

“Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, Pertamina akan senantiasa berupaya untuk terus menghadirkan perbaikan kehidupan secara berkelanjutan, utamanya pada aspek ESG, salah satunya melalui program pemberdayaan masyarakat sekitar,” terangnya.

Brasto juga mengungkapkan bahwa program Pendekar yang dijalankan Pertamina tersebut ikut memberikan kontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDG’s) pada beberapa sektor.

“Yaitu poin 1 (Menghapus Kemiskinan), poin 2 (Mengakhiri Kelaparan), poin 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), poin 5 (Kesetaraan Gender), poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), poin 10 (Mengurangi Ketimpangan), poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan poin 15 (Ekosistem Daratan),” tutup Brasto.

Asim Mohamad Nurudin, ketua kelompok penderes mengaku pendapatan yang dihasilkan oleh setiap anggota kelompok kini jauh meningkat dari sebelum adanya program Pendekar.

“Setidaknya pendapatan yang kami peroleh sedikitnya 2,2 juta per bulan untuk setiap orangnya. Tidak hanya itu, banyak pemuda di wilayah kami yang semula harus merantau untuk mencari pekerjaan, kini bisa mencari nafkah di tempat sendiri,” ujar Asim.

Selain itu, menurut Asim, program Pendekar ini telah membantu masyarakat setempat memaksimalkan potensi lokal yang ada di Desa Karangsari, yaitu perkebunan pohon kelapa sebagai bahan baku gula yang sangat luas, setidaknya berukuran 9,27 Ha.

Untuk memperkuat jaringan pemasaran produk gula semut, program ini juga turut memberdayakan koperasi setempat yaitu Nira Cahaya Sejahtera. Ahmad Setioko selaku ketua koperasi mengungkapkan koperasi berfokus kepada proses hilir dari program Pendekar, yaitu untuk distribusi dan pemasaran produk.

“Dalam program ini kami mendapatkan wawasan untuk membentuk sistem manajemen produk untuk quality control, yaitu dengan menerapkan Internal Control System (ICS) yang berfungsi untuk standardisasi produk agar setiap produk gula semut organik yang dihasilkan telah memenuhi standar,” kata Ahmad.

Dengan adanya sistem manajemen tersebut juga, tambah Ahmad, dapat meningkatkan efisiensi produksi oleh kelompok penderes.

“Setidaknya 3,5 Ton per minggu diproduksi oleh kelompok penderes untuk kemudian dipasarkan dan didistribusikan oleh koperasi Nira Cahaya Sejahtera,” imbuhnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Siaran Pers

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper