Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BAURAN EBT JATENG: Memanen Energi Hijau dari Pondok Pesantren

Untuk meningkatkan bauran EBT, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menginisiasi program pembangunan PLTS. Kini, panel surya terpasang di kantor dan pabrik, hingga pondok pesantren.
Sudir, Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Baitul Quran, menunjukkan inverter yang menghubungkan panel surya dengan sambungan listrik PLN./BISNIS-Muhammad Faisal Nur Ikshsan
Sudir, Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Baitul Quran, menunjukkan inverter yang menghubungkan panel surya dengan sambungan listrik PLN./BISNIS-Muhammad Faisal Nur Ikshsan

Bisnis.com, SRAGEN - Tiang-tiang besi berwarna oranye berdiri berjajar menyangga puluhan panel surya di atas asrama putri Pondok Pesantren Baitul Quran, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Dipasang pada pengujung tahun 2021, kini pondok pesantren tersebut telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menopang kebutuhan listrik sehari-hari.

Manfaat energi hijau yang dihasilkan tak hanya dinikmati santriwati yang tinggal, tetapi juga dirasakan pengurus pondok pesantren yang berkantor tak jauh dari lokasi asrama.

"Saya awalnya dihubungi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah. Diinformasikan ada proyek seperti ini. Kami ajukan proposal dan alhamdulillah bisa turun. Waktu survei kita perlihatkan gedung-gedung yang kita miliki. Kami juga diminta data tagihan listrik. Dari beberapa titik yang ada, pengeluaran listrik paling banyak dari gedung ini. Makanya panelnya dipasang di sini, untuk mengurangi beban meterannya," jelas Sudir, Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Baitul Quran, Rabu (19/1/2022).

Kepada Bisnis, Sudir mengisahkan bahwa Pondok Pesantren Baitul Quran telah berdiri sejak 2010 lalu. Pada awal pendiriannya, pesantren tersebut menerapkan sistem 'pesantren kalong' ala Jawa Timur. Pesantren kalong adalah sebutan bagi pondok pesantren yang menyelenggarakan sekolah umum dan menambahkan materi-materi keagamaan khas pondok pesantren sekaligus.

Pada 2011, Pondok Pesantren Baitul Quran memutuskan untuk mendirikan sekolah formal yang terpisah. Kini, pondok pesantren tersebut telah mendirikan sekolah formal di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas.

"Waktu pembukaan pertama itu jumlah santri 44 orang. Sekarang, sudah di atas 1.000 santri, dari seluruh Indonesia, seluruh jenjang pendidikan," tutur Sudir.

Banyaknya jumlah santri yang menempuh studi berkaitan erat dengan tingginya kebutuhan energi di Pondok Pesantren Baitul Quran. Listrik dibutuhkan betul untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah. Begitu pula para santri yang tinggal di asrama, hingga pengelola pondok pesantren yang bertugas di kantor.

Setidaknya, ada 45 unit panel surya yang kini telah terpasang di Pondok Pesantren Baitul Quran. Dari jumlah tersebut, besaran energi yang dihasilkan bisa mencapai 15.000 watt.

Dari data Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Jawa Tengah, tender proyek tersebut dimenangkan dengan harga Rp388.397.900. Sebelumnya, nilai pagu proyek yang ditawarkan berada di Rp450.000.000 dengan sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2021.

Proyek tersebut tak hanya dilakukan di Kabupaten Sragen. Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah selaku penanggungjawab proyek juga membangun beberapa PLTS di lokasi lainnya. Pada April 2021 misalnya, proyek serupa dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Anwar yang berlokasi di Kabupaten Rembang. Nilai pagu proyeknya bahkan mencapai Rp900.000.000. Selain Sragen dan Rembang, pembangunan PLTS juga dilakukan di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Huda.

Sebelumnya, Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah sempat mengunjungi Pondok Pesantren Baitul Quran. Alwin Basri, Ketua Komisi D, meninjau langsung proyek PLTS tersebut.

"Dengan jumlah santri yang banyak dan gedung yang besar ini, tentu salah satu kebutuhan besar di Pondok Pesantren Baitul Quran adalah penerangan dan perairan. Selain lokasi yang jauh dari kota, biaya operasionalnya juga relatif tinggi karena pondok memakai sumur, tidak menggunakan PDAM. Sehingga praktis, karena menggunakan pompa air, kebutuhan operasional pondok yang paling besar adalah listrik. PLTS Rooftop ini merupakan solusi untuk menekan biaya operasional terkait biaya pembayaran listrik," ucapnya saat berkunjung, dikutip dari laman DPRD Provinsi Jawa Tengah.

Pembangunan PLTS di pondok pesantren diharapkan mampu meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Jawa Tengah. PLTS dipilih bukan tanpa alasan, sebab hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah memiliki peluang penyinaran matahari yang cukup potensial untuk dimanfaatkan.

Berdasarkan catatan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, radiasi matahari di Jawa tengah bisa mencapai 3,5-4,6 kWh/m2/hari. Dengan efisiensi panel surya sebesar 14 persen, maka potensi daya yang dihasilkan bisa mencapai 14,7-19,6 kWatt/bulan.

Dalam perspektif yang lebih besar, upaya peningkatan bauran EBT tersebut sejalan dengan target nasional. Pada 2025 nanti, bauran EBT di Indonesia diharapkan bisa menyentuh angka 23 persen. Untuk mewujudkan target tersebut, Jawa Tengah tak hanya mengandalkan APBD. Sejumlah kerja sama pun dijajaki Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Baik dengan pihak swasta hingga ke luar negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper