Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Kali Beringin Semarang, Ayo Evaluasi Strategi Pemerintah

Tak hanya pembangunan infrastruktur, revitalisasi DAS mesti bisa memperhatikan fungsi ekologis awal yang kini telah beralih fungsi.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau Kelurahan Mangkang Wetan yang terkena banjir dari luapan Kali Beringin, Semarang, Selasa (8/11/2022)./Bisnis-Alif N.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau Kelurahan Mangkang Wetan yang terkena banjir dari luapan Kali Beringin, Semarang, Selasa (8/11/2022)./Bisnis-Alif N.

Bisnis.com, SEMARANG - Kawasan Ngaliyan dan Mangkang yang berlokasi di wilayah barat Kota Semarang diterjang banjir pada Minggu (6/11/2022) kemarin. Bencana itu seperti jadi pertanda mulai masuknya periode musim penghujan di Kota Semarang.

Sejak jauh-jauh hari, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memang telah mulai bersiap untuk menghadapi musim penghujan. BPBD Kota Semarang misalnya, sudah mengeluarkan imbauan kepada seluruh Camat dan Lurah untuk bisa mulai melakukan kerja bakti. Dalam imbauan yang disampaikan pada Oktober itu, BPBD Kota Semarang menyebut langkah tersebut sebagai bentuk antisipasi bencana hidrometeorologi yang biasanya datang mengikuti puncak musim penghujan.

Benar saja, pada awal November ini, tanggul Kali Beringin tak kuasa menahan tingginya curah hujan yang turun. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Beringin sendiri melingkupi wilayah Kecamatan Tugu, Kecamatan Ngaliyan, dan Kecamatan Mijen. Ketiga wilayah itu berada di wilayah barat Kota Semarang dan berbatasan dengan Kabupaten Kendal.

Kali Beringin sendiri sejatinya tengah dinormalisasi. Proyek yang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana itu berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) dan dilaksanakan secara Multi Years Contract (MYC) dengan target rampung di November 2022.

Adapun proyek Pengendalian Banjir Sungai Beringin sepanjang 4,2 kilometer tersebut mengandalkan infrastruktur berupa tanggul dengan timbunan tanah serta beton. Sayangnya, Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi, menyebut proyek itu molor. Persoalan pembebasan lahan jadi kendala penyelesaian proyek yang disebut sudah mencapai 80 persen itu.

Namun, banjir yang terjadi di wilayah barat Kota Semarang bukan semata-mata disebabkan oleh tingginya curah hujan apalagi proyek normalisasi Kali Beringin yang belum rampung. Pakar lingkungan dan perencanaan wilayah Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila, menyebut ada persoalan ekologis yang perlu mendapat perhatian.

"Jebolnya tanggul Beringin tentunya tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Namun, karena ada faktor nonalam yang mengganggu keseimbangan, seperti banyak perumahan yang dibangun di sekitar kawasan tersebut," jelas Mila saat dihubungi Bisnis pada Selasa (8/11/2022).

Memang, wilayah barat Kota Semarang sudah mulai dipadati penduduk. Dibukanya Perumahan Bukit Semarang Baru (BSB) di Kecamatan Mijen pada 1997 menyebabkan perubahan fungsi kawasan yang mulanya berbentuk perkebunan karet menjadi daerah pemukiman. Kota mandiri itu juga menjadi katalis bagi pembangunan kawasan permukiman di sekitarnya yang secara tidak langsung ikut mengubah kapasitas DAS Kali Beringin dalam menampung debit air hujan.

Dalam sebuah riset yang dilakukan Rivian Sukarsa dan Iwan Rudiarto, akademisi Universitas Diponegoro (Undip), disebutkan bahwa kehadiran Perumahan BSB membawa perubahan iklim mikro, kemacetan, bising, serta pengurangan volume sumber air dan sumur penduduk yang dirasakan warga sekitar. Pemerintah Kota Semarang diminta untuk melakukan pemantauan lingkungan sebagaimana yang diamanatkan dalam Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) Perumahan BSB. Tak hanya itu, rasio antara lahan terbangun dan lahan terbuka juga menjadi sorotan yang mesti bisa dipenuhi.

Mila menambahkan, selain pembangunan kawasan pemukiman, DAS Kali Beringin juga terancam dengan adanya pembangunan jalan tol dan kawasan pendidikan. "Yang kemudian mengubah bentang lahan di kawasan sekitar Kali Beringin," tambahnya. Masifnya aktivitas pembangunan itu kian mengurangi lahan terbuka yang jadi benteng pertahanan bagi kawasan Kota Semarang bagian bawah dari banjir akibat curah hujan tinggi.

Strategi normalisasi Kali Beringin, lengkap dengan segala infrastruktur yang diharapkan bisa merekayasa aliran air sungai, juga terbukti bukan solusi yang efektif. Mila menjelaskan bahwa pemerintah semestinya bisa menemukan solusi penanganan banjir yang lebih berwawasan lingkungan. "Penanganan DAS harus dilihat hulu hilirnya. Penanganannya harus holistik dan integratif. Jangan hanya dilihat masalah di hilir tanpa melihat hulunya," katanya.

Selain tidak efektif menyelesaikan masalah, normalisasi DAS yang mengandalkan pembangunan infrastruktur skala besar tentunya memakan biaya yang tidak murah. Proyek normalisasi Kali Beringin saja disebut menghabiskan Rp230 miliar anggaran pemerintah pusat. Tak cuma di Kota Semarang, proyek serupa juga dilaksanakan di wilayah lainnya di Jawa Tengah. Seperti proyek konservasi DAS Gung di Kabupaten Tegal yang menelan anggaran Rp6 miliar juga proyek pembangunan infrastruktur pengendali banjir di DAS Pemali Sungai Prupuk Kabupaten Brebes yang menghabiskan Rp3,8 miliar. Kedua proyek tadi memakan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Ruang (Pusdataru).

Tentunya, bencana banjir yang terlanjur terjadi di Kota Semarang itu mesti menjadi perhatian bersama. Selagi musim penghujan belum memasuki periode puncaknya. Pemerintah mesti berinovasi untuk menemukan solusi lain yang lebih efektif. Bukan hanya persoalan anggaran yang mestinya bisa dihemat, lebih lanjut, harapannya bencana banjir akibat curah hujan tinggi itu tidak lagi menjadi lagu lama yang terus menerus berulang.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau Kelurahan Mangkang Wetan yang terkena banjir dari luapan Kali Beringin, Semarang, Selasa (8/11/2022). Saat ditinjau, air telah surut dan para warga sedang melakukan pembersihan.

Didampingi Kepala Dinas Pusdataru Jateng, Eko Yunianto, Staff BBWS Pemali-Juana serta sejumlah pekerja proyek, Ganjar menengok bagian tanggul Kali Beringin yang disebut jebol dan mengakibatkan banjir.

Iki ora jebol tanggule Pak, kuwi nggo lewat alat berate (Ini tidak jebol tanggulnya, tapi memang untuk lewat alat berat),” kata Ganjar menjelaskan.

Saat itu juga, Ganjar langsung menginstruksikan kepada BBWS dan pelaksana proyek agar membuat jalur alat berat yang lebih tinggi. Paling tidak bisa berfungsi sebagai tanggul sementara.

Sebagai informasi, hujan deras yang melanda Kota Semarang sejak Minggu (6/11) sore hingga malam, membuat sejumlah tempat dilanda banjir. Salah satunya di Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu. Air bah menerjang pemukiman warga setelah akibat luapan dari Kali Bringin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper