Bisnis.com, PURWOKERTO — Batik bermotif Sidomukti berwarna sogan tampak kian menarik ketika dipadukan dengan hiasan bordir dan kain tulle berwarna senada. Hasil karya desainer Banyumas tersebut dengan bangga dikenakan oleh Siti Atikoh Ganjar Pranowo, dalam acara fashion show “Memayu Hayuning Bawono” yang digelar sebagai bagian dari rangkaian Banyumas Culture Carnaval Bursa Koperasi Usaha Kecil Menengah (Bursa KUKM).
Siti Atikoh, yang menjabat sebagai Ketua Dekranasda Jateng, mengatakan bahwa salah satu program yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas para pengrajin kain tradisional khususnya pelaku UMKM di Jateng adalah dengan mengajak mereka berkreasi mengolah kain menjadi busana siap pakai atau ready to wear.
Dekranasda Jateng bekerja sama dengan Indonesia Fashion Chamber (IFC) melakukan program kurasi UMKM dan menyelenggarakan program pelatihan pembuatan busana ready to wear dengan menghadirkan sejumlah desainer fesyen.
“Potensi luar biasa dengan busana ready to wear adalah memberikan added value lebih tinggi. Harus inovatif, harus bisa mendesain. Di situ lah Dekranasda berperan dengan memberikan pelatihan, menggandeng desainer profesional dan jam terbangnya tinggi untuk bisa memahami kain ini diarahkan ke mana cocoknya, apakah kasual atau resmi,” ujarnya, Jumat (12/5/2023).
Busana siap pakai berbahan kain tradisional dari Jateng, menurut Atikoh, memiliki pangsa pasarnya sendiri. Busana tersebut banyak diminati oleh para konsumen dari luar provinsi dan bahkan luar negeri, yang tidak terbiasa mengenakan kain jarik sebagai busana sehari-hari.
Busana ready to wear juga dinilai lebih efisien karena konsumen dapat langsung mengenakannya tanpa perlu mencari penjahit untuk mengolahnya. “Lebih efektif, karena tidak mudah mencari penjahit. Apalagi kain batik kan ada pola dan motif khas, itu akan sulit jika kurang bisa memahami,” lanjut Atikoh.
Erna Husein, Ketua Dekranasda Kabupaten Banyumas, menambahkan bahwa batik Banyumas terus dikembangkan agar dapat menyesuaikan kebutuhan dan minat pasar. Dari sisi motif dan warna, para pengrajin kain tradisional tersebut tetap mempertahankan ciri khas Batik Banyumas yang kental dengan pakem motif batik pedalaman yang klasik. Teknik pembuatan batik klasik ini juga masih mempertahankan teknik batik tulis.
Sementara itu, untuk menjangkau pasar yang lebih luas, para pengrajin berkreasi dengan batik cap dan kombinasi cap dengan batik tulis. Motif dan warna juga dibuat lebih ekspresif dan bernuansa cerah.
“Batik klasik Banyumas itu warna sogan. Tetapi banyak permintaan konsumen untuk batik dengan warna lebih jreng. Jadi kami berkreasi untuk yang berwarna lebih ke cap dan kombinasi, sedangkan batik tulis tetap klasik dengan warna sogan,” terangnya.
Acara fashion show “Memayu Hayuning Bawono” menghadirkan kreasi dari para desainer lokal Banyumas yang mengolah kreasi busana siap pakai dari Batik Banyumas dan kain tradisional lainnya seperti lurik dan kain jumputan.