Bisnis.com, BANYUMAS - Titik Wahyuni, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Kabupaten Pemalang, memulai usahanya sejak 2016 silam. Mulanya, perempuan itu mengolah limbah kulit ikan nila yang banyak dibuang pabrik pengolahan produk laut. Titik mengolah berkilo-kilo limbah kulit ikan itu menjadi keripik.
"Keripik dari kulit ikan nila itu ada tiga varian rasa. Saya ambil juga daging tetelan untuk abon dan eggroll. Untuk ikan nila berukuran kecil, saya ambil dari kawan di Kedungombo, dibikin jadi baby fish," jelas Titik saat dihubungi tim Jelajah Investasi Jateng 2023 Bisnis Indonesia pada Selasa (4/7/2023).
Tak berhenti pada limbah kulit ikan nila, Titik juga mulai melirik nanas yang banyak dijumpainya di Kabupaten Pemalang. Idenya itu muncul ketika pandemi Covid-19 tengah tinggi-tingginya dan pabrik pemasok kulit ikan nila langganannya tutup.
"Setiap pagi, saya lihat ada petani nanas di depan rumah anak saya. Coba saya beli Rp20.000 dapat 20 biji. Pertama saya coba olah, saya blender, airnya saya peras dicampur gula dan pasta nanas. Untuk minuman hangat," jelas Titik.
Siapa sangka, olahan sederhana itu disukai keluarga dekatnya. Titik pun mendapat saran untuk bisa mengemas minuman dari olahan nanas itu ke warung-warung. "Dari modal Rp20.000 itu kira-kira bisa jadi 50 botol sari nanas. Sekarang, kalau orang beli biasanya saya jual dalam bentuk sirup. Tetapi kalau saya ikut pameran, biasanya saya kemas untuk siap minum," jelas Titik.
Tingginya permintaan sari nanas itu akhirnya menyisakan limbah kulit nanas. Namun, limbah tersebut bukan dilihat Titik sebagai masalah, justru dari limbah itulah produk-produk olahan nanas lainnya bisa muncul.
"Produk dari kulit nanas, kalau dicampur gula aren, kapulaga, kayumanis, cengkeh dan jahe itu konon bisa memperkuat tulang, mengobati infeksi lambung dan usus," ungkapnya.
Kini, Titik punya tujuh produk olahan nanas yang rutin dijajakannya. Termasuk produk dari limbah kulit nanas. Beberapa waktu lalu, produk-produk buatannya itu mulai coba dijajakan di pasar mancanegara.
"Sudah diminta teman dari Purbalingga untuk bisa dibawa ke Belgia, dibawa 10 kaleng sebagai sampel ke sana. Ke Islandia juga pernah dibawa," ungkapnya.
Peluang ekspor itu juga terbuka lebar buat produk keripik kulit nila buatannya yang kini sudah mulai merambah pasar Filipina.Titik berharap bahwa di kemudian hari, usahanya bisa berkembang ke produk-produk lain. Pasalnya, limbah kulit nanas saja masih bisa diolah menjadi aneka produk rumah tangga seperti sampo. Untuk limbah kulit nila, Titik bahkan sudah mencoba untuk dijadikan tas.
"Sekarang sedang mencari info perizinan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa saya bina untuk sama-sama memajukan produk Pemalang. Saya berharap, teman-teman UMKM bisa berani mengolah limbah. Jangan hanya berharap pada bahan baku fresh, itu berat nantinya. Padahal, limbah itu masih punya nilai ekonomis tersendiri. Asalkan bersih dan steril," jelas Titik.
Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.