Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Manufaktur Nasional Alami Kontraksi, Bagaimana dengan Jateng?

Apindo Jawa Tengah mencatat permintaan ekspor mengalami penurunan hingga 30 persen.
Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.
Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.com, SEMARANG - Nilai ekspor nonmigas Indonesia pada September 2023 dilaporkan turun sebesar 16,17% secara year-on-year (yoy). Jika dibandingkan dengan Agustus 2023 atau month-to-month (mtm), nilai ekspor pada September 2023 turun 5,63%.

"Nilai ekspor nonmigas mengalami penurunan secara tahunan pada semua sektor," jelas Amalia Adininggar Widyasanti, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS). Amalia menambahkan, secara bulanan, penurunan nilai ekspor terjadi pada seluruh sektor usaha. "Dimana penurunan ini utamanya didorong oleh sektor industri pengolahan," tambahnya.

Dalam paparan pers yang digelar secara virtual, Amalia menjelaskan bahwa ekspor industri pengolahan mengalami kontraksi yang cukup besar dibandingkan bulan sebelumnya. "Terutama didorong oleh minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO), pakaian jadi dari tekstil, sepatu olahraga, peralatan listrik, serta pakaian jadi rajutan," jelasnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah, Frans Kongi, mengonfirmasi penurunan tersebut. "Sama [seperti nasional], sedikit menurun. Dikerjakan pesanan yang lama-lama, pesanan baru kurang. Menurun sekitar 30%," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.

Kondisi tersebut memperkuat sinyal kontraksi kinerja ekspor Jawa Tengah sebagai salah satu pusat industri manufaktur di Pulau Jawa. Sebagai informasi, pada tahun ini, kinerja ekspor nonmigas Jawa Tengah tercatat dalam reli pelemahan. Perkembangan nilai ekspor secara year-on-year terus berada di angka minus di setiap bulannya, kecuali di bulan Mei 2023 lalu.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, Ratna Kawuri, menyebut Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), alas kaki, juga furnitur masih menjadi komoditas ekspor unggulan Jawa Tengah. Meskipun mengalami penurunan kinerja, namun sektor manufaktur masih menjadi tumpuan ekspor di wilayah tersebut.

"Biasanya itu kan neraca, kalau ada yang naik pasti ada yang turun sedikit. Tetapi kalau industri manufaktur masih yang paling dominan," ujarnya belum lama ini.

Dalam catatan BPS Provinsi Jawa Tengah, nilai ekspor dari sektor industri manufaktur Jawa Tengah pada Agustus 2023 lalu hanya tumbuh 0,42% (mtm). Secara year-on-year, nilai ekspor pada sektor tersebut bahkan tercatat mengalami kontraksi hingga 13,23%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper