Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bencana Alam Tambah Tekanan Inflasi Pangan Jateng Hingga Usai Lebaran

Faktor alam berpengaruh besar dalam hitung-hitungan produksi pangan di Indonesia, termasuk di Jawa Tengah yang jadi salah satu sentra produksi beras.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.com, SEMARANG - Ekonom Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo, menyebut bencana alam yang terjadi jelang Bulan Suci Ramadan dan Idulfitri bakal berpotensi mengerek harga pangan di Jawa Tengah.

"Itu sudah pasti, karena sentra produksi beras Jawa Tengah itu salah satunya di Pantai Utara (Pantura). Kemarin sudah terkena bencana banjir. Ke depan, diharapkan iklim ini bisa bersahabat. Karena ini sangat berpengaruh untuk kita," ucapnya pada Rabu (21/2/2024).

Wahyu menjelaskan, faktor alam masih banyak berperan dalam hitung-hitungan produksi pangan di Indonesia, termasuk di Jawa Tengah yang jadi salah satu sentra produksi beras. "Untuk sayuran mungkin masih bisa di-handle dengan baik. Tetapi kalau padi, belum ada teknologi yang bisa menjadi produksi. Ini logika sederhana yang perlu dipertimbangkan dalam manajemen stok," jelasnya.

Wahyu menjelaskan, pada Februari 2024, pergerakan harga pangan di Jawa Tengah memang relatif stabil. Meskipun cukup tinggi, namun harga pangan di Jawa Tengah sudah merangkak naik sejak tahun 2023 lalu.

"2023 itu kan ada El Nino, terlihat pengaruhnya signifikan. Dari pertumbuhan sektor pertanian, hampir di semua kuartal negatif. Artinya, dari sisi suplai pangan khususnya beras itu terganggu. Itu yang menjadi pemicu tingginya inflasi pangan," jelas Wahyu saat diwawancarai Bisnis.

Lebih lanjut, Wahyu memperkirakan pada Ramadan mendatang ekspektasi konsumen sudah bisa menyesuaikan dengan tren kenaikan harga pangan. Dengan pengecualian, pemerintah bisa memperbaiki stok pangan jelang dan saat Ramadan nanti. Kebijakan impor bahan pangan juga mesti diperhatikan.

Wahyu menyebut, kebijakan tersebut kerap dipengaruhi oleh tekanan polititik yang justru menghambat mekanisme pasar dan menimbulkan kerugian yang lebih besar secara ekonomi.

"Di satu sisi, kita tentunya ingin mewujudkan kedaulatan pangan, tidak diganggu impor. Sementara faktanya, daya saing kita masih kurang. padahal pasar itu tidak bisa disekat seperti itu. Imbasnya ongkos ekonomi itu digeser ke konsumen," jelas Wahyu.

Sebagai informasi, per 21 Februari 2024, Badan Pangan Nasional mencatat harga rata-rata beras premium di Jawa Tengah telah mencapai angka Rp16.340/Kg. Sementara itu, untuk komoditas telur ayam ras berkisar di angka Rp28.790/Kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper