Bisnis.com, SEMARANG — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menengok PT LBM Energi Baru Indonesia sebagai pabrik katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) di Kawasan Industri Kendal (KIK). Kunjungan tersebut dilakukan pada Selasa (8/10/2024) dan menandai dimulainya proses produksi tahap pertama di pabrik tersebut.
"Di atas lahan ini, telah berdiri sebuah pabrik bahan katoda LFP baterai lithium, kerja sama PT. LBM Energi Baru Indonesia dan Indonesia Investment Authority (INA) dengan total nilai investasi US$350 juta dan proyeksi pendapatan mencapai US$1,2 miliar per tahun," ucap Luhut.
Nantinya, perusahaan itu bakal mengekspor produk katoda untuk baterai LFP ke pasar Amerika Serikat, Eropa, Jepang, serta Korea Selatan. Pada fase pertama, kapasitas produksi secara tahunan mencapai angka 90.000 ton. Sementara pada fase kedua, kapasitas produksi PT LBM Energi Baru Indonesia bisa mencapai 120.000 ton per tahun.
"Fasilitas ini akan menempatkan Indonesia dalam posisi terdepan di pasar global. Melalui penyempurnaan rantai produksi baterai lithium, tidak kurang dari 3 juta unit kendaraan listrik di seluruh dunia akan dipenuhi kebutuhan baterai lithiumnya oleh industri di Indonesia," jelas Luhut.
Ridha Wirakusumah, Ketua Dewan Direktur INA atau Lembaga Pengelola Investasi, menyebut bahwa peningkatan permintaan kendaraan listrik di tingkat global telah ikut mendongkrak kebutuhan LFP. "Seiring dengan munculnya LFP sebagai salah satu bahan kimia utama dalam teknologi baterai, kami percaya bahwa inisiatif ini dapat turut memposisikan Indonesia sebagai pemain penting dalam ekosistem baterai global," ucapnya.
Sebagai informasi, PT LBM Energi Baru Indonesia merupakan anak usaha dari Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd. yang berpusat di China. Perusahaan swasta tersebut menjadi salah satu pemain dalam bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan produk komponen LFP sebagai bahan baku baterai lithium-ion.
Baca Juga
PT LBM Energi Baru Indonesia disebut bakal menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja. Dari jumlah tersebut, 92% di antaranya akan diisi oleh tenaga kerja lokal dari sekitar Kabupaten Kendal. Harapannya, penyerapan tenaga kerja lokal tersebut ikut memberikan dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.