Bisnis.com, SEMARANG - Pertumbuhan ekonomi di DI Yogyakarta pada tahun 2024 mencapai 5,03% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Ibrahim, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi DI Yogyakarta, menyebut angka pertumbuhan ekonomi tersebut jadi yang tertinggi se-Pulau Jawa.
Pertumbuhan ekonomi DIY bahkan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional.
"Faktor pendorong perekonomian sepanjang tahun 2024 antara lain adalah permintaan domestik yang masih kuat disertai dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, kenaikan APBD perubahan yang berdampak pada belanja pemerintah, serta masih berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN)," ujar Ibrahim pada Jumat (7/2/2025).
Lebih lanjut, Laju pertumbuhan ekonomi di wilayah DI Yogyakarta itu sempat tertahan oleh pengaruh dinamika geopolitik serta dampak jangka panjang dari fenomena El Nino yang terjadi pada 2023.
Ibrahim menjelaskan bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi pada 2024 berada sedikit lebih rendah dibanding tahun 2023 yang mencapai 5,07% (yoy).
Baca Juga
Dia menambahkan, sektor usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, konstruksi, serta industri pengolahan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di wilayah DI Yogyakarta pada tahun lalu.
"Meningkatnya kunjungan wisatawan selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) berdampak positif terhadap kinerja hotel dan restoran di DI Yogyakarta," tuturnya dalam siaran pers.
Pengerjaan PSN dan proyek infrastruktur seperti Jalur Jalan Lintas Selatan, proyek Tol Jogja-Solo, serta jalan alternatif di wilayah Sleman-Gunungkidul juga turut memberikan dampak positif bagi kinerja sektor usaha konstruksi.
"Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta didorong oleh kinerja investasi, konsumsi rumah tangga, serta konsumsi pemerintah yang tetap tumbuh positif," kata Ibrahim.
BI sendiri memproyeksikan DI Yogyakarta masih akan melanjutkan tren positif tersebut di tahun ini. Ibrahim optimistis, pada 2025 laju pertumbuhan ekonomi di DI Yogyakarta bisa berada pada kisaran 4,8-5,6% (yoy).
Ibrahim mengungkapkan beberapa faktor yang mendasari optimisme tersebut. Pertama, aktivitas domestik yang masih terjaga seiring dengan kuatnya konsumsi di masyarakat dan kenaikan UMP pada tahun ini.
Kedua, penguatan interkoneksi antar kawasan Yogyakarta-Surakarta-Semarang. Terakhir, permintaan ekspor dari negara mitra dagang utama.