Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Inflasi Pangan, Pakar Teknologi Pertanian Dorong Perbaikan Rantai Pasok

Intervensi pemerintah lewat operasi pasar belum efektif untuk meredam inflasi sejumlah komoditas pangan.
Pakar Teknologi Pertanian Dorong Perbaikan Rantai Pasok untuk Tangani Inflasi Pangan / Bisnis-Abdurachman
Pakar Teknologi Pertanian Dorong Perbaikan Rantai Pasok untuk Tangani Inflasi Pangan / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, SEMARANG - Dinamika harga pangan di tengah kenaikan permintaan masyarakat saat bulan Ramadan dan Idulfitri masih menjadi momok tahunan.

Meskipun pada Februari 2025 Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,78% (month-to-month/mtm), namun kenaikan harga masih berisiko terjadi, utamanya jelang Lebaran.

Kuncoro Harto Widodo, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), menyebut kondisi rantai pasok yang terganggu telah menyebabkan ketidakstabilan harga pangan.

"Di semua tingkatan, pelaku dan penyedia rantai pasok pangan tersebut memiliki potensi terhadap fluktuasi produksi, ketersediaan, dan harga produk pangan," ujar Kuncoro Harto Widodo, Senin (10/3/2025).

Dugaan tersebut terlihat dari masih banyaknya komoditas pangan yang mengalami kenaikan, meskipun telah coba diintervensi pemerintah melalui serangkaian operasi pasar.

Untuk itu, Kuncoro menuturkan pentingnya perbaikan ekosistem rantai pasok pangan secara menyeluruh.

"Rantai pasok di sektor hulu, pemerintah perlu memastikan tingkat produksi pangan sesuai dengan target swasembada pangan. Sementara di tingkat hilir, pemerintah perlu memastikan semua kebutuhan bisa terpenuhi," kata dia dalam siaran pers yang diterima Bisnis.

Langkah tersebut juga mesti diimbangi oleh transparansi informasi yang lebih baik. Sehingga, pengawasan proses produksi, penyimpanan, hingga distribusi dapat dilakukan dengan efektif.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2025 Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,78% (mtm).

Secara tahunan, deflasi Jawa Tengah berada di angka 0,08% (year-on-year/yoy) atau sedikit di atas deflasi nasional sebesar 0,09%.

Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, menjelaskan bawa deflasi tersebut disebabkan oleh mulai normalnya pasokan untuk sejumlah komoditas pertanian.

"Penurunan tekanan inflasi terdalam bersumber dari komoditas cabai merah, seiring dengan pasokan cabai dari petani yang kembali normal dan didukung oleh cuaca kondusif," tuturnya.

Namun demikian, Rahmat mengingatkan bahwa kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau masih berpotensi untuk mengalami inflasi atau kenaikan harga.

Untuk itu, sejumlah langkah telah dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah. Salah satunya dengan melakukan penanaman di luar musim atau offseason.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper