Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LISTRIK KARIMUNJAWA, Dulu dan Kini

Siapa yang tak kenal Karimunjawa? Kepulauan yang berada di sebelah utara Pulau Jawa itu telah menjadi destinasi wisata favorit bagi banyak orang, baik turis domestik maupun turis asing.
Pemandangan alam di Karimunjawa./Herdiyan
Pemandangan alam di Karimunjawa./Herdiyan

Siapa yang tak kenal Karimunjawa? Kepulauan yang berada di sebelah utara Pulau Jawa itu telah menjadi destinasi wisata favorit bagi banyak orang, baik turis domestik maupun turis asing.

Wilayah yang terdiri dari 27 gugusan pulau itu memiliki keindahan bahari yang sangat menakjubkan.

Kepulauan yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, ini telah ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan hamparan air laut yang jernih hijau kebiruan, kekayaan terumbu karang, dan pasir putih yang akan memanjakan mata Anda.

Bagi Anda yang pernah berwisata ke Karimunjawa sebelum 2016, mungkin pernah merasakan gelap gulita saat malam datang. Hanya mendapat penerangan dari lampu petromak atau lilin.

Bisa jadi juga pernah merasakan kalang-kabut karena ponsel kehabisan baterai atau kepanasan saat berada di penginapan karena pendingin ruangan/kipas angin mati akibat listrik belum waktunya menyala.

Ya, sebelum 2016 itu listrik di Karimunjawa hanya menyala sekitar enam jam sehari pada pukul 18.00-2400. Pernah juga hingga 12 jam, tetapi sangat jarang.

“Dulu pembangkit listrik di Karimunjawa dikelola oleh pemerintah [Pemkab Jepara]. Waktu itu saya manajernya,” ujar Nur Sholeh Eko Prasetyawan bercerita di sela-sela pertemuan dengan manajemen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) di salah satu hotel di Karimunjawa, pertengahan pekan ini.

Pak Sholeh –sapaan akrabnya– yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Karimunjawa itu mengatakan wisatawan harus pasrah beradaptasi dengan kondisi kelistrikan di sana.

Saat itu, dia selaku manajer bersama timnya berusaha mengelola stok bahan bakar minyak (BBM) dengan semaksimal mungkin, untuk kebutuhan ‘makanan’ empat pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).

“Terkadang, kalau stok BBM menipis, kami terpaksa mengurangi ‘waktu tayang’-nya kurang dari enam jam,” ujarnya mengingat masa-masa penuh kenangan itu. Namun, sejak awal 2016 PLN diberi tugas untuk mengoperasikan sistem kelistrikan di wilayah yang mendapat julukan The Paradise of Java itu.

Empat PLTD yang tersebar di sejumlah titik itu diganti menjadi satu, yakni PLTD Legon Bajak dengan kapasitas 2 x 2.200 kW, yang berada di Desa Kemujan atau berada pesisir utara Pulau Karimunjawa.

Sejak berpindah tangan itu, PLN sanggup menerangi Karimunjawa—khusus Pulau Karimunjawa dan Kemujan—hingga 18 jam. Bagi warga, itu sudah luar biasa dan sangat disyukuri.

Tak hanya sampai di situ, akhirnya listrik bisa menyala 24 jam mulai 30 Mei 2016 yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. “Warga kami seperti balas dendam dengan listrik ini. Sekarang, semua barang elektronik bisa dipakai sepuasnya, seperti AC, mesin cuci, TV, dan kulkas,” tuturnya.

Manajer Area PLN Area Kudus Didi Rahmad mengatakan Karimunjawa masih tersedia cadangan listrik sekitar 3.000 kW atau kira-kira setara dengan tambahan 10 hotel besar. Saat ini, sistem kelistrikan di Karimunjawa memiliki daya mampu 2 x 2.200 kW dengan beban puncak sebesar 612 kW.

“Ketersediaan kapasitas daya listrik ini merupakan kesempatan bagi para investor untuk mengembangkan potensi wisata diKepulauan Karimunjawa,” ujarnya.

Dari 27 pulau yang dimiliki, 5 pulau di antaranya telah berpenghuni. Ini merupakan salah satu lokasi wisata unggulan di Jawa Tengah. Beberapa objek wisata yang telah dikenal, antara lain Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, Spot Nyamplungan, Pantai tanjung Gelam, Pulau Cilik, Pulau Tengah, dan Pulau Geleang.

Sejak listrik menyala selama 24 jam itu, kini PLN semakin optimistis mendukung pengembangan pariwisata di Kepulauan Karimunjawa karena harga jual listrik yang lebih rendah yaitu Rp1.467 per kWh untuk tarif rumah tangga nonsubsidi dan bisnis dari standar biaya pokok produksi (BPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp2.332 per kWh.

Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan penjualan tenaga listrik di Karimunjawa pun mengalami kenaikan hingga 9%, melebihi rata-rata kelistrikan nasional sebesar 6,5 %. Kenaikan tersebut disebabkan oleh turunnya harga listrik, dimana sebelumnya (saat PLTD dikelola pemerintah) masyarakat harus membayar sebesar Rp2.500 per kWh.

“Upaya ini merupakan bagian dari komitmen PLN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor pariwisata di Karimunjawa melalui penyediaan infrastruktur kelistrikan,” ujar Deputi Manajer Komunikasi Bina Lingkungan PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Hardian Sakti Laksana.

Hingga Maret 2017, tercatat 2.028 jumlah pelanggan PLN di daerah tersebut yang terdiri dari 1.855 pelanggan rumah tangga dan 86 pelanggan bisnis.

Total daya tersambung 3.279 kVA dengan panjang jaringan listrik mencapai 45 kms yang ditopang oleh dua penyulang yang membentang dari PLTD di Desa Kemujan sampai Desa Karimunjawa. Bagi Anda yang ingin berwisata ke Karimunjawa lagi, silakan membandingkan sendiri antara dulu dan kini!


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : News Editor

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper