Bisnis.com, SLEMAN--Candi Kalasan yang terletak di Dusun Kalibening, Tirtomartani, Kalasan akan dipugar pada 2018 mendatang setelah dilakukan penelitian yang melibatkan sejumlah pakar dari multidisiplin selama dua tahun.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogja Winston Sam Dauglas Mambo mengatakan pemugaran Candi Kalasan yang rusak dilakukan untuk memperpanjang usianya. Selain itu, pelestarian bangunan cagar budaya juga merupakan amanat UU No.11/2010. Perpres No.54/2010 tentang pengadaan barang dan jasa dengan Perubahan Perpres No.5/2015 juga dinilai sebagai peluang untuk dilakukannya pekerjaan secara swakelola.
“Makanya, kami akan susun dulu perencanaan hingga tahap pelaksanaan pemugaran candi tersebut,” katanya, Senin (10/4/2017).
Arkeolog BPCB Wahyu Indrasana menjelaskan, pemugaran terhadap candi tersebut pernah dilakukan secara parsial. Saat itu, pemugaran hanya dilakukan pada bagian atap yang berlubang dan nat antar batu. Namun kegiatan tersebut belum mampu mengatasi masuknya air hujan ke dalam bilik candi.
“Untuk kapilerisasi air tanah belum pernah dilakukan,” jelas Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat DIY – Jawa Tengah itu.
Menurutnya, pemugaran candi tersebut secara menyeluruh perlu segera dilakukan. Alasannya, bebatuan candi sudah mengalami penggaraman dalam taraf yang sangat mengkhawatirkan. Termasuk kerusakan wajralepa.
“Wajralepa merupakan bukti arkeologis yang penting, sambungan pada antarbatunya rusak. Kalau ini dibiarkan, secara perlahan dan pasti akan menghilangkan mutiaranya kesenian Jawa,” ujarnya.
Kepala Seksi Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan BPCB Jogja Wahyu Astuti mengatakan, Candi Kalasan merupakan candi tertua yang dibangun pada 778 Masehi. Candi tersebut memiliki bentuk Kalamakara yang sangat indah. Namun saat ini, pada bagian dinding dalam bilik utama terdapat rekahan antarbatuan.
“Kerusakan itu mengindikasikan adanya pengembangan struktur bangunan ke arah luar akibat pergerakan struktur bangunan. Kondisi atap juga sudah tidak kokoh dan mudah bocor,” katanya.
Ciri khas candi ini memiliki vajralepa (bajralepa) untuk melapisi ornamen-ornamen dan relief pada dinding luarnya. Candi Kalasan dibangun pada tahun Saka 700 (778 M), pada zaman Wangsa Syailendra dinasti Maharaja Tejapurnama Panangkarana. Tejapurnama Panangkarana adalah Rakai Panangkaran, putra Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Hindu. Bangunan suci tersebut diperuntukkan untuk memuja Dewi Tara.
Candi Kalangan berada pada ketinggian sekitar 20 meter diatas permukaan tanah, sehingga tinggi keseluruhan bangunan candi mencapai 34 m. Candi ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45×45 m yang membentuk selasar di sekeliling candi. Di setiap sisi terdapat tangga naik ke emperan candi yang dihiasi sepasang kepala naga pada kakinya. Di hadapan anak tangga terbawah terdapat hamparan lantai dari susunan batu. Di depannya kaki tangga dipasang lempengan batu yang tipis dan halus dengan bentuk berlekuk-lekuk.
Candi Kalasan memiliki 4 buah pintu yang terletak di keempat sisi, namun hanya pintu di sisi timur dan barat yang mempunyai tangga untuk mencapai pintu dan hanya pintu di sisi timur yang merupakan pintu masuk ke ruang utama di tengah candi. Di sepanjang dinding candi terdapat cekungan-cekungan yang berisis berbagai arca, walaupun tidak semua arca masih berada di tempatnya.
Di atas semua pintu dan cekungan selalu dihiasi dengan pahatan bermotif Kala. Tepat di atas ambang pintu, di bawah pahatan Kalamakara, terdapat hiasan kecil berupa wanita bersila memegang benda di kedua belah tangannya. Relung-relung di sisi kiri dan kanan atas pintu candi dihiasi dengan sosok dewa dalam posisi berdiri memegang bunga teratai.