Bisnis.com, SOLO—Perbankan gencar mengenalkan electronic money atau uang elektronik ke masyarakat. Tidak hanya mendukung Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) tapi juga karena kebijakan pemerintah yang mengharuskan penggunaan uang elektronik di sejumlah fasilitas umum.
Area Head Bank Mandiri Solo, Linda Permatasari, menyampaikan sosialisasi ke nasabah dan masyarakat sudah lama dilakukan karena peluncuran kartu tersebut sudah lama dilakukan. Namun dia mengatakan dengan adanya aturan pembayaran nontunai di tol membuat sosialisasi ini makin gencar dilakukan, terutama ke peerusahaan dan instansi. Hal tersebut dilakukan karena mobilitas karyawan biasanya tinggi.
“Stok kartu e-money di kantor cabang masih ada, rata-rata permintaan sebulan 1.000 e-money dengan permintaan pengiriman kartu dari kantor pusat rata-rata 3.500 kartu per bulan. Permintaan e-money terus meningkat karena tidak hanya bisa digunakan di tol tapi juga Alfamart, Indomart, dan SPBU,” ujarnya kepada JIBI, Senin (16/10/2017).
Hanya dengan Rp20.000 masyarakat bisa memiliki kartu uang elektronik dan harga ini berlaku untuk semua bank. Linda mengatakan promo pembelian kartu hanya ada di Jakarta sehingga di Solo harga kartu masih normal.
Di semua bank, pemegang uang elektronik bisa melakukan top up atau isi ulang minimal Rp25.000 dan maksimal Rp1 juta. Hal ini mengingat e-money tetap uang hanya bentuknya yang berbeda sehingga ketika hilang, uang pun ikut hilang karena penggunannya tidak dilengkapi dengan personal identification number (PIN).
Linda menyampaikan rata-rata top up nasabah Rp100.000-Rp200.000, belum sebanyak Jakarta yang bisa langsung mengisi Rp1 juta.
Pemimpin Cabang BNI Slamet Riyadi, Fahrulrazi, menyampaikan permintaan uang elektronik BNI, Tap Cash, meningkat setelah adanya aturan pembayaran nontunai di tol. Menurut dia, rata-rata per hari ada 20 permintaan kartu.
“Tiap pekan kami lakukan sosialisasi dan perkuatan branding di car free day dengan menghadirkan booth di depan kantor. Promo pembelian Tap Cash dilayani di pintu masuk tol, karena Solo belum ada sehingga penjualan kartu masih tetap sama, yani Rp20.000,” jelasnya.
Pemimpin Cabang BRI Solo Sudirman, A. Andy Sulistyo, menyampaikan pengenalan Brizzi gencar dilakukan. Brizzi bisa digunakan sebagai identitas anggota komunitas atau organisasi seperti halnya yang dilakukan di Rumah Kreatif BUMN. Bahkan kartu pegawai BRI pun saat ini menggunakan Brizzi. Apalagi saat ini parkir elektronik juga sudah dilakukan di Pasar Singosaren dan akan ditambah enam titik lainnya sehingga pengguna Brizzi makin banyak.
Funding Officer BRI Solo Sudirman, Nurul Anisaq, menyampaikan tidak hanya sosialisasi tapi kerja sama dengan berbagai pihak juga dilakukan untuk mengenalkan Brizzi, diantaranya dengan Rosalia Indah dan juga komunitas pemilik mobil yang membutuhkan uang elektronik minimal untuk bisa masuk tol. Namun dia mengatakan Brizzi tidak hanya digunakan untuk tol tapi juga belanja di sejumlah merchant seperti Indomaret, Mc Donalds, dan lainnya.
“Saldo bisa Rp0 karena seperti uang pada umumnya dan tidak ada biaya administrasi serta tidak ada bunga. Pemilik Brizzi bisa melakukan top up pun minimal Rp1 dan maksimal Rp1 juta yang dilakukan di ATM, kantor [BRI], EDC [electronic data capture], Alfamart dan Indomart. Maksimal pemakaian Rp20 juta selama satu bulan,” jelasnya.
Bukan nasabah BRI pun bisa memiliki Brizzi karena top up bisa dilakukan melalui ATM bank lain. Sementara itu, penggunaan uang elektronik ini terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama mulai 2013.
Data yang dihimpun JIBI dari Bank Indonesia (BI) pada 2010 transaksi uang elektronik sebanyak 26,541 juta dengan nominal Rp693,467 miliar yang naik menjadi 683,133 transaksi dengan nominal Rp7,063 triliun pada 2016. Sedangkan hingga Agustus tahun ini tercatat ada 4,791 juta transaksi dengan nilai Rp6,688 triliun.