Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyerapan Ruang Ritel Turun, Tenan Internasional Tetap Ekspansi

Tutupnya sejumlah ritel tahun lalu di Jakarta tak membuat tenan kelas internasional mengurungkan niat memulai debut dengan membuka gerai baru di Indonesia ataupun melakukan ekspansi lebih lanjut di kelas high end ataupun ritel kelas atas lainnya.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, JAKARTA—Tutupnya sejumlah ritel tahun lalu di Jakarta tak membuat tenan kelas internasional mengurungkan niat memulai debut dengan membuka gerai baru di Indonesia ataupun melakukan ekspansi lebih lanjut di kelas high end ataupun ritel kelas atas lainnya.

Kepala Departemen Riset SavillS Indonesia, Anton Sitorus mengatakan sepanjang 2017 terdapat tambahan pasokan ritel sekitar 103.500 meter persegi. Di sisi serapan imbuh dia hanya sebesar 37.000 meter persegi. Apabila dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat penyerapan tergolong rendah di mana sebelumnya mampu mencapai 90.000 meter persegi.

Dia memprediksikan tingkat kekosongan tahun lalu pun meningkat menjadi 12% dibandingkan tahun sebelumnya hanya 10%. Pasar ritel sewa kata dia pada umumnya di daerah Jakarta memang sepi.

Namun di satu sisi lanjutnya terjadi kondisi ritel yang menutup gerainya akan tetapi selama bersamaan ada juga tenan baru yang mencoba peruntungan di pasar ritel Indonesia dan cukup sukses. Dia mencontohkan misalnya Chateraise, Onitsuka Tiger, Miniso, AEON, Greyhound Cafe, Oysho.

“Karena ternyata psikologis masyarakat Indonesia terhadap brand global masih meningkat. Banyak yang menyukai harga yang menarik, tapi kualitasnya lumayan, seperti Miniso,” katanya dari riset tertulis yang dikutip Minggu (21/1/2018).

Adapun dari segmentasi, kebanyakan permintaan diserap oleh ritel kelas middle up, disusul kelasupper dan sebagian oleh kelas middle low. Tenan dari Makanan dan Minuman masih mendominasi dibandingkan yang lain.

Anton melanjutkan jika dilihat tarif sewa yang paling banyak penurunannya adalah middle up, middle low. Kelas upper dan premium masih cukup stabil.

Mengantisipasi tahun ini, tingkat okupansi masih akan stabil, tingkat kekosongan ritel di Jakarta tidak akan naik. Pasalnya ritel di Indonesia masih konservatif, di mana antara pasokan dan permintaan masih sama-sama rendah.

Pada 2010-201 lalu permintaan ruang ritel lebih tinggi dibandingkan pasokan yang ada, daya beli masih tinggi. Tapi sejak 2012, pasokan selalu lebih tinggi dibandingkan permintaan. Tren itu yang mungkin masih berlanjut hingga 2020 mendatang.

Anton menjelaskan moratorium ritel yang diwacanakan pemerintah untuk menghentikan pasokan ritel nyatanya hanya berupa himbauan yang tidak wajib dipatuhi. Di lapangan pemerintah hanya tidak akan mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB), jika lokasi berdekatan dengan daerah yang sudah banyak pembangunan ritel. Akan tetapi jika di daerah yang dekat pemukiman namun tidak banyak mal IMB masih diberikan. misalnya Agung Podomoro.

Selain itu ada aturan ritel modern yang tidak boleh bersaing dengan ritel tradisional, sehingga yang terjadi hanyalah untuk menjaga radius saja. Beberapa pengembang bahkan menyiasatinya dengan strategi membangun mall bersamaan kondomiumnya, supaya terdapat izinnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anitana WP
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper