Bisnis.com, SEMARANG - Bau tidak enak menyengat hidung tatkala JIBI memasuki salah satu rumah di RT 008/RW 003. Kampung Brondongan, Kelurahan Kebonagung, Semarang, Selasa (30/1/2018) siang.
Di dalam rumah itu, tampak dua pekerja tengah sibuk merajang tumpukan rebung. Sembari menyeka peluh, kedua pekerja yang mengaku asal Demak itu dengan ramah menyapa.
“Saya sambi merajang rebung ya mas. Ini lagi banyak pesanan buat toko lumpia soalnya,” ujar seorang pekerja, Zainal Abidin.
Zainal merupakan salah satu pekerja pembuat bahan baku lumpia, yakni rebung. Ia mengaku setiap harinya mampu merajang rebung hingga dua kuintal lebih.
Rebung yang telah diiris kecil-kecil itu biasanya dijual ke toko-toko lumpia di Semarang. Salah satu toko yang menjadi langganan tempat kerjanya adalah Lumpia Gang Lombok yang terletak di kawasan Pecinan, Semarang.
“Rebung-rebung ini biasanya kami peroleh dari daerah sekitar Semarang, seperti Mranggen [Demak], Magelang, atau Wonosobo. Tapi, kalau musim kemarau lebih sulit. Mencarinya hampir ke Surabaya,” tutur Zainal.
Zainal menambahkan sebelum dirajang tipis-tipis, rebung lebih dulu dimasukan dalam sebuah wadah untuk difermentasi selama sebulan penuh. Setelah dilakukan fermentasi, rebung kemudian dibilas dan diperas agar getah yang terkandung keluar.
“Baru setelah itu dirajang tipis-tipis untuk isian lumpia,” imbuh Zainal.
Zainal mengatakan sudah hampir 15 tahun membuat irisan rebung untuk lumpia. Ia menjual irisan rebung itu dengan harga Rp10.500 per kilogram (kg).
Selain Zainal, di Kampung Brondongan masih ada lagi sekitar 15 warga yang membuat bahan penganan khas Semarang itu. Mereka menjual irisan rebung itu dengan harga bermacam-macam mulai Rp5.000 per kg-Rp15.000 per kg.
Irisan rebung warga Kampun Brondongan itu pun kerap dipesan para pedagang lumpia di seluruh Semarang. Tak hanya pedagang lumpia di Gang Lombok, tapi juga pedagang di Lumpia Delight, Jalan Mataram, maupun toko Lumpia Express.
Lurah Kebonagung, Subiyanto, mengatakan geliat pembuatan irisan rebung di Brondongan sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Hal itu tak terlepas dari sejarah pembuatan lumpia Semarang yang diawali oleh Mbok Warsi di Semarang.
“Mbok Warsi itu orang asli Jawa yang nikah dengan warga keturunan Tionghoa. Mbok Warsi merupakan warga asli Brondongan. Ia merupakan pembuat lumpia pertama di Semarang,” ujar Subiyanto.
Setelah Mbok Warsi, muncullah generasi pertama yang mempelopori penjualan lumpia di Semarang. Sementara itu, Kampung Brondongan pun dikenal sebagai cikal bakal lumpia hingga didapuk sebagai Kampung Edukasi Lumpia.
Subiyanto berharap dengan ditetapkannya Kampung Brondongan sebagai Kampung Edukasi Lumpia akann mengubah image kumuh di kawasan itu. Ia ingin Brondongan nantinya bisa menarik minat wisatawan untuk mengenal lebih dalam cara pembuatan lumpia.