Bisnis.com, SEMARANG – PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo Kantor Wilayah Semarang fokus memperbesar bisnis di luar penugasan pemerintah sebagai langkah pengembangan bisnis pada tahun ini.
Pemimpin Wilayah Askrindo Semarang I Putu Apriyanto mengungkapkan bisnis yang dijalankan perusahaan pelat merah itu terdiri dari dua jenis penjaminan, yakni kredit usaha rakyat (KUR) dan non-KUR.
Selama ini, nama Askrindo memang banyak dikenal sebagai salah satu perusahaan yang ditunjuk pemerintah sebagai penjaminan KUR. Selain itu, sesuai namanya, bisnis andalan lain dari perseroan adalah di lini asuransi kredit.
Pada tahun lalu, premi yang diperoleh dari penjaminan KUR mencapai Rp244,6 miliar, sedangkan non-KUR sebesar Rp244,09 miliar. “Porsi keduanya masih berimbang masing-masing 50%,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (1/2/2018).
Menurutnya, pada 2018 pihaknya menargetkan penjaminan KUR sebesar Rp258,7 miliar, sedangkan non-KUR sebesar Rp439,2 miliar. Dengan demikian, porsi penjaminan non-KUR ditargetkan 63% dari total premi Rp697,9 miliar, sedangkan porsi penjaminan KUR hanya 27%.
Pada tahun lalu total premi yang berhasil diraup Askrindo sebesar Rp488,7 miliar. “Target premi tahun ini Rp697,9 miliar, sehingga diharapkan tumbuh 42,8% dari pencapaian tahun lalu,” ungkapnya.
Dia mengatakan upaya memperbesar bisnis non-KUR pada tahun ini merupakan langkah perseroan dalam menggenjot pangsa pasar di bisnis asuransi.
Bahkan, ujarnya, direksi perseroan mencanangkan Askrindo dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) secara nasional pada 2020, terutama untuk asuransi umum.
“Kebetulan hampir semua jenis asuransi kami sudah punya izinnya. Ini peluang kami untuk memperbesar bisnis ini,” tegasnya.
Pada segmen bisnis penjaminan non-KUR, perseroan memiliki beberapa lini usaha, di antaranya asuransi pengangkutan, asuransi properti, asuransi tanggung gugat, asuransi kontraktor, hingga asuransi kecelakaan diri.
Salah satu upaya mendorong kontribusi segmen ini bagi perusahaan di antaranya adalah meningkatkan kerja sama dengan sejumlah pihak, misalnya menggandeng perusahaan lain dalam skema co-insurance.
Putu menambahkan sektor usaha yang masih berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Tengah, antara lain properti dan konstruksi.
Sebagaimana diketahui, pembangunan perumahan, apartemen, dan properti lainnya gencar dilakukan di sejumlah daerah di provinsi itu.
“Begitu juga pembangunan infrastruktur, seperti tol, jembatan, dan lainnya. Kami berharap ini peluang yang bisa dikembangkan,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, Askrindo juga menyesuaikan dengan pola kegiatan bisnis di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Kalau di sini [Jawa Tengah dan DIY] kan tidak ada galangan kapal seperti Surabaya atau Batam, sehingga untuk sektor kelautan, contohnya kami mengambil bisnismarine cargo,” ujarnya.