Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Masih Hindari Sektor Pariwisata

Industri perbankan dipacu untuk lebih aktif menyalurkan kredit ke sektor pariwisata sebagai salah satu prioritas untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

Bisnis.com, JAKARTA – Industri perbankan dipacu untuk lebih aktif menyalurkan kredit ke sektor pariwisata sebagai salah satu prioritas untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Bambang Haryo Soekartono, anggota Komisi XI DPR yang membidangi industri, investasi dan persaingan usaha, sektor pariwisata seharusnya menjadi fokus perhatian perbankan, khususnya bank pelat merah.

“Di koran-koran kita, pemerintah terus mengatakan akan gencar membangun pariwisata, tapi itu perlu pembiayaan. Dan bank BUMN itu tidak hanya mencari untung, sebab salah satu fungsinya adalah menjadi agent of development,” ujarnya di Jakarta, pekan lalu.

Bambang mengimbau bank menjadi agen perintis dan pendorong pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, sektor pariwisata, seperti perhotelan, memiliki dampak berganda (multiplier effect) untuk menumbuhkan perekonomian.

“Kalau sektor itu ditumbuhkan, dampaknya ke ekonomi akan besar, bank-bank juga akan dapat untung nantinya sebab jika UMKM tumbuh akan ke bank juga ,” tuturnya.

Sektor pariwisata memang belum menjadi fokus perbankan dalam menyalurkan kredit. Padahal, pemerintah tengah gencar mendorong pengembangan sektor pariwisata di berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan, data pengelompokan penyaluran kredit bank umum dilihat dari lapangan usahanya yang ada di dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI), sektor pariwisata tidak masuk dalam 18 jenis lapangan usaha yang disurvei Otoritas Jasa Keuangan.

Kelompok yang memiliki persinggungan yakni sektor konstruksi; sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan. Hanya saja, dengan tidak adanya pengelompokan yang spesifik, sulit mengetahui porsi kredit pariwisata dari total kredit perbankan.

Sejumlah bankir mengakui portofolio kredit yang diberikan untuk pariwisata masih sangat kecil. Bahkan beberapa bank bilang tidak memiliki eksposur di bidang tersebut.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. bank beraset terbesar di dalam negeri, misalnya, menyatakan telah ikut berkontribusi pada bidang pariwisata dan kemaritiman, kendati masih minim.

Direktur PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo mengatakan porsi portofolio kredit bank publik itu di bidang pariwisata memang belum terlalu besar bila dibandingkan dengan sebelum 2014.

“Untuk pariwisata kalau di bank kami itu Rp7,5 triliun, sekitar 1% dari portofolio. Memang belum seagresif di masa-masa sebelum krisis,” katanya di Jakarta, Rabu (31/1).

Menurutnya, penurunan tersebut lantaran pertumbuhan sektor pariwisata tidak sekencang dulu, khususnya di sejumlah wilayah, seperti di daerah Bali dan Jakarta, di mana jumlah hotel mengalami kelebihan kapasitas.

“Sektor pariwisata ini kalau meminjam memang ekuitasnya mesti tinggi karena cashflow untuk membayar bunga itu terbatas sekali dalam jangka pendek. Biasanya ekuitas kami minta 40%-50% karena memang kemampuan membayar dari pembayaran kamar hotel itu dibandingkan dengan biaya konstruksi belum sesuai,” paparnya.

Jumlah kredit yang disalurkan Bank Mandiri mencapai Rp644,3 triliun, tumbuh 8,7% secara year on year (yoy). Adapun, pertumbuhan kredit produktif pada tahun lalu mencapai Rp36,7 triliun, didorong pertumbuhan kredit investasi sebesar Rp23,9 triliun dan modal kerja Rp12,8 triliun.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Maryono bilang pihaknya masuk ke sektor pariwisata lewat pembiayaan amenitas atau fasilitas pendukung yang berkaitan dengan sarana akomodasi, seperti hotel dan homestay.

BTN terutama terlibat dalam program pemerintah, dalam hal ini Kementerian PUPR dan Kementerian Pariwisata yang saat ini tengah mengembangkan 10 destinasi wisata prioritas, yakni Kawasan Danau Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Labuan Bajo, Mandalika, Morotai, dan Wakatobi.

“Perbankan sebetulnya banyak juga pembiayaan ke pariwisata, misalnya perhotelan. Ini sedang dirintis bank BUMN untuk membangun infrastruktur pariwisata. Misalnya BTN sedang membiayai homestay-homestay di daerah yang baru itu,” tuturnya.

Dia menampik bahwa perbankan tidak peduli dengan pariwisata. Selain pembiayaan langsung, menurutnya, perbankan juga mendukung pariwisata dengan cara pembiayaan kredit usaha rakyat di daerah destinasi wisata.

“KUR dari teman-teman bank ini sudah banyak membiayai di daerah wisata yang baru seperti di Borobudur, Jogja,” tuturnya.

Berdasarkan laporan keuangan unaudited, total pembiayaan dan kredit yang disalurkan BTN sepanjang 2017 mencapai Rp198,99 triliun, tumbuh 22,01% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp166,44 triliun.

Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. Edy Kuntardjo menuturkan hal senada. Kontribusi dari bank swasta milik keluarga Salim itu juga belum terlalu signifikan ke bidang pariwisata.

“Sektor pariwisata masih belum signifikan, kami ada ke perhotelan tapi relatif kecil, sedangkan ke homestay belum ada,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (4/2).

Salah satu yang dibiayai Bank Ina yakni kredit perhotelan di daerah Yogyakarta. Dia beralasan tak banyak bank masuk ke sektor tersebut lantaran faktor risiko kredit.

“Memang harus selektif karena sektor perhotelan persaingan berat dan harus punya konsep baru. Hotel-hotel yang lama bisa terpuruk dengan hadirnya hotel baru,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Herdiyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper