Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Barang Elektronik di Yogyakarta Naik Terimbas Dolar

Pelemahan rupiah terhadap dollar berdampak pada harga barang-barang elektronik impor di Kota Jogja. Hal tersebut membuat daya beli konsumen menurun, apalagi pada awal tahun penjualan cenderung sepi karena masa budgeting/penyusunan anggaran.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, YOGYAKARTA—Pelemahan rupiah terhadap dollar berdampak pada harga barang-barang elektronik impor di Kota Jogja. Hal tersebut membuat daya beli konsumen menurun, apalagi pada awal tahun penjualan cenderung sepi karena masa budgeting/penyusunan anggaran.

Supervisor A Takrib Cabang Kyai Mojo, Yudi Abdilan, mengatakan akibat pelemahan rupiah terhadap dollar jelas berpengaruh pada harga stok barang elektronik selanjutnya. "Saat ini daya beli konsumen menurun tetapi belum signifikan," kata Yudi, Sabtu (10/3/2018).

Yudi mengatakan saat ini A Takrib masih memiliki stok barang elektronik dengan harga normal. Namun menurut prediksinya, stok tersebut akan habis dalam waktu 2 hari. Apabila distributor dari Jakarta kehabisan stok untuk mengirim ke DIY, maka dipastikan harga barang elektronik di A Takrib akan mengalami peningkatan.

"Besaran perubahan harga biasanya akan diinformasikan dari kantor pusat. Tetapi tidak semua barang elektronik harganya akan naik, tergantung yang stoknya habis di distributor," kata Yudi.

Yudi menambahkan tidak ada strategi khusus untuk menjual barang elektronik dengan harga baru. A Takrib tetap mengedepankan bagaimana mendekati konsumen secara personal.

Sementara itu, Store Manager UFO Yogyakarta, Sunandar, mengatakan barang-barang elektronik impor di UFO memiliki prosentase sebesar 5% berupa home applicant. Menurutnya dampak pelemahan rupiah tidak terlalu berdampak signifikan terhadap harga barang tersebut.

"Kalau ada kenaikan itu pasti, sekitar 1-3 persen. Semua item. Tapi masih bisa dijangkau. Wajar setiap tahun pasti begitu," kata Sunandar.

Sementara untuk penjualan di UFO Yogyakarta, audio visual masih memimpin dengan penjualan rata-rata 800-1000 unit per bulan. Pertumbuhan homestay dirasa berpengaruh terhadap pembelian televisi dalam tiga tahun terakhir ini.

"Kalau saat ini penjualan sedang sepi, biasanya memang begitu, nanti mulai pertengahan Februari sampai Maret penjualan akan kembali naik," kata Sunandar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper