Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kudus Berencana Perluas Areal Pertanaman Padi Organik

Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berencana memperluas lahan areal tanaman padi organik karena lebih ramah lingkungan.
Petani menyemprot padi menggunakan pupuk cair organik di areal persawahan yang telah ditanami tanaman golongan Refugia di Desa Mijen, Kebonagung, Demak, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pembudidayaan sejumlah tanaman golongan Refugia seperti bunga Kenikir, bunga Jengger Ayam dan bunga Kertas sebagai mikrohabitat dari serangga penyerang padi di persawahan mampu mengurangi penggunaan pestisida serta menghemat pengeluaran petani sebesar Rp400.000 per hektar./Antara-Aji Styawan
Petani menyemprot padi menggunakan pupuk cair organik di areal persawahan yang telah ditanami tanaman golongan Refugia di Desa Mijen, Kebonagung, Demak, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pembudidayaan sejumlah tanaman golongan Refugia seperti bunga Kenikir, bunga Jengger Ayam dan bunga Kertas sebagai mikrohabitat dari serangga penyerang padi di persawahan mampu mengurangi penggunaan pestisida serta menghemat pengeluaran petani sebesar Rp400.000 per hektar./Antara-Aji Styawan

Bisnis.com, KUDUS – Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berencana memperluas lahan areal tanaman padi organik karena lebih ramah lingkungan dan petani tidak perlu bergantung pada pupuk buatan pabrik karena bisa memanfaatkan bahan-bahan alami.

"Kami berencana menambah lahan tanaman padi organik untuk uji coba seluas 4 hektare sebagai duplikasi dari lahan uji coba padi organik di Desa Bae, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, yang merupakan proyek percontohan Pendidikan Kecakapan Wirausaha Unggulan (PKWU) Pertanian Organik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Bupati Kudus Muhammad Tamzil ketika ditemui usai panen perdana padi organik di Desa Bae, Kudus, Senin (28/1/2019).

Menurut dia, sudah saatnya padi organik mulai dikembangkan di Kabupaten Kudus.

Untuk mendorong pengembangannya, kata dia, pemerintah perlu mulai mengarahkan petani agar tidak berharap subsidi pupuk kimia, melainkan diarahkan untuk subsidi pembelian pupuk organik.

Selain itu, lanjut dia, petani era sekarang juga perlu didorong untuk berubah menanam tanaman padi organik karena hasilnya dinilai lebih menguntungkan, dibandingkan padi nonorganik.

"Petani juga perlu dibantu bibit tanaman padi organik untuk merangsang keinginan petani mau menanam komoditas tersebut," ujarnya.

Ia berharap petani mulai menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia dengan harapan bisa cepat mendapatkan hasil tentunya memiliki dampak negatif yang luar biasa terhadap tingkat kesuburan lahan.

Pemkab Kudus, kata Tamzil, menyatakan komitmennya membantu pengembangan padi organik, termasuk dalam hal pengemasannya agar menjadi daya tarik pembeli.

"Nantinya, Pemkab Kudus akan mengawal program pengembangan tanaman padi organik tersebut agar semakin berkembang," ujarnya.

Kepala Pusat Pengembangan PAUD dan Dikmas Kemendikbud Djajeng Baskoro mengungkapkan program penanaman tanaman padi organik ini merupakan hasil kerja sama PKBM Omah Dongeng Marwah dengan Kemendikbud dalam rangka meningkatkan kecapakan kewirausahaan unggulan.

"Kabupaten Kudus memiliki unggulan untuk komoditas tanaman padi sehingga program yang bisa dilaksanakan, yakni program penanaman padi organik," ujarnya.

Selain Kabupaten Kudus, kata dia, program serupa juga dilaksanakan di Kabupaten Salatiga dan Kuningan.

Dengan teknologi penanaman yang dikembangkan saat ini, kata dia, produktivitas per hektarenya bisa lebih bagus dan tingkat kesuburan lahan pertaniannya juga terjaga.

Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Omah Dongeng Marwah Kudus Edy Supratno menambahkan lahan tanaman padi organik yang ditanam di lahan seluas 4,2 hektare.

Hasil panen per hektarenya, kata dia, bisa mencapai 10 ton. Dengan dikembangkannya tanaman padi organik, kata dia, petani nantinya tidak lagi bergantung dengan produsen pupuk pabrikan karena pupuk dan pestisida bisa dibuat sendiri.

Harga jual beras organik di pasaran, kata dia, bisa mencapai Rp25.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper