Bisnis.com, TEMANGGUNG – Balai Bahasa Jateng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar lomba musikalisasi puisi tingkat SMTA se-Jawa Tengah. Lomba tersebut digelar di Gedung Graha Bumi Phala, Kompleks Kantor Bupati Temanggung, Jumat-Minggu (23-25/8/2019).
Lomba musikalisasi puisi itu digelar untuk mewadahi kreativitas remaja di Jawa Tengah (Jateng). Peserta lomba memperebutkan piala dan uang pembinaan sebesar Rp30 juta.
”Lomba musikalisasi puisi ini dimaksudkan untuk mewadahi kreativitas remaja di Jawa Tengah dalam rangka memusikalisasikan puisi-puisi dengan harmoni yang indah. Selain itu, melalui lomba ini diharapkan tumbuh nilai-nilai nasionalisme di kalangan remaja,” kata Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Tirto Suwondo, dalam siaran pers yang diterima Semarangpos.com, Kamis (22/8/2019).
Tirto Suwondo menjelaskan, tema lomba musikalisasi puisi kali ini adalah Indah Alamku, Damai Negeriku. Lomba ini diikuti 35 tim dari SMA dan SMK di Jateng. ”Lomba musikalisasi puisi ini diselenggarakan rutin setiap tahun. Jadi, peserta bisa menyiapkan timnya sebaik-baiknya sehingga bisa tampil maksimal,” tambahnya.
Dalam penyelenggaraan tahun ini, Balai Bahasa Jateng bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung. Jika tidak ada halangan, acara itu bakal dibuka secara resmi oleh Bupati Temanggung. Tak ketinggalan, panitia menggandeng sastrawan lokal Temanggung untuk menyukseskan agenda tahunan tersebut.
”Dalam perhelatan akbar ini kami bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Temanggung dan teman-teman sastrawan di Temanggung yang tergabung dalam Keluarga Studi Sastra Tiga Gunung (KSS3G) Kabupaten Temanggung,” kata ketua panitia, Inni Inayati Istiana.
Inni Inayati Istiana menambahkan, juri lomba musikalisasi kali ini berasal dari sastrawan, akademisi, dan penggiat musikalisasi puisi. Peserta harus membawakan puisi wajib bertajuk Belajar pada Sungai karya Handry TM. Peserta juga diperkenankan memilih satu puisi yang ingin dibawakan, yakni Belajar Membaca (Bambang Widiatmoko), Ibuku Bumi (Roso Titi Sarkoro), Memoar Sungai (Sami’an Adib), dan Hutan Masih Terbakar (Bambang Supranoto).