Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pameran Properti Semarang Cetak Transaksi Rp13,7 Miliar

Pameran yang dihelat dari 10 - 21 Oktober 2019 itu hanya mampu mencatatkan penjualan rumah sebanyak 20 unit dengan nilai mencapai Rp13,7 miliar.
Pameran Pameran Property Expo Semarang ke-7 di Mall Ciputra./Bisnis-Alif Nazzala R.
Pameran Pameran Property Expo Semarang ke-7 di Mall Ciputra./Bisnis-Alif Nazzala R.

Bisnis.com, SEMARANG — Pameran Property Expo Semarang ke-7 yang digelar oleh DPD REI Jawa Tengah di Atrium Mal Ciputra Semarang belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Pameran yang dihelat dari 10 - 21 Oktober 2019 itu hanya mampu mencatatkan penjualan rumah sebanyak 20 unit dengan nilai mencapai Rp13,7 miliar. Kendati demikian, masih ada empat pengembang yang belum melaporkan hasil penjualan dalam pameran.

Ketua Panitia Property Expo Semarang, Dibya K Hidayat, mengatakan transaksi penjualan pameran ke-7 tersebut masih jauh dari target sebesar Rp60 miliar yang sebelumnya diyakini dapat diraih dalam pameran di penghujung tahun ini.

"Belum menggembirakan pencapaiannya, namun kita harapkan setelah pelantikan Presiden sudah adem, sehingga potensial buyer tidak punya keraguan investasi di properti," ujar Dibya, Selasa (22/10/2019).

Adapun rumah yang terjual masih didominasi rumah tipe menengah dan menengah atas dengan kisaran harga di bawah Rp1 miliar.

Menurutnya belum membaiknya pasar properti dipengaruhi berbagai faktor, baik dari kondisi ekonomi di dalam negeri maupun secara global.

Dikatakan, kelesuan yang terjadi pun tidak hanya di bidang properti namun hampir di semua segmen usaha maupun industri mengalami hal yang sama.

"Kondisi ekonomi dunia dan nasional belum terlalu bagus. Dunia industri, dunia usaha mereka bilang kalau perekonomian kurang bagus, mengalami stagnasi di usaha masing-masing," ujarnya.

"Sebabnya apa, mau bilang dari global ya memang tidak bagus semua. Seharusnya perekonomian maju saat pemerintahan membangun infrastruktur besar-besaran. Namun belum bagus juga," tambahnya.

Dibya mengatakan, akan terus mengamati apakah kelesuan di bidang properti ini karena daya beli yang rendah atau daya serapnya yang berubah.

"Kalau daya beli melemah berarti tidak kuat membeli, namun jika daya serap rendah mereka lebih memilih membeli kebutuhan lain," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper