Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pak Ganjar, Petani Bawang Putih Lokal Jateng Kesulitan Jual Hasil Panen

Petani bawang putih varietas lokal di berbagai daerah di Jawa Tengah saat ini tengah memasuki panen raya yang berlangsung mulai bulan Agustus 2020.
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, SEMARANG - Sejumlah petani yang menanam bawang putih dengan varietas lokal kesulitan menjual hasil panennya di pasar. Tidak ada pembeli yang datang untuk menyerap hasil panen yang melimpah.

Petani bawang putih varietas lokal di berbagai daerah di Jawa Tengah saat ini tengah memasuki panen raya yang berlangsung mulai bulan Agustus 2020.

Varietas bawang putih lokal yang unggul seperti Lumbu Hijau, Tawangmangu Baru menghasilkan kualitas yang bagus. Sayangnya, tidak ada pembeli yang datang membeli hasil panen.

Hal itu dirasakan Kelompok Tani Rejeki Makmur Desa Segoro Gunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Di lereng Gunung Lawu, para petani menanam varietas Tawangmangu baru di atas lahan seluas 60 hektare. Hasil panen cukup melimpah.

Sudarno (49) salah satunya. Kelompok taninya saat ini sudah memasuki panen. Biasanya sebelum panen, banyak pembeli berdatangan untuk menawar harga. Harga bawang dalam kondisi basah dihargai Rp 18.000 per kilo dan setengah kering Rp25.000.

"Sampai saat ini belum ada pembeli datang. Padahal ini musim panen, hasilnya bagus. Kami khawatir tidak bisa menyimpan hasil panen," ucap Darno, Sabtu (8/8/2020).

Darno sendiri menanam bawang di area seluas 2 hektare. Usia tanam bawang sudah 110 hari. Ia baru akan panen 15 hari lagi. Sementara anggota kelompok tani lainnya sudah panen, dan tidak terserap pasar.

"Kami tidak tahu mengapa bawang-bawang lokal kami tidak ada peminat. Kami harap pemerintah bisa turun tangan , agar ke depan petani mau menanam bawang putih lagi," tambahnya.

Kesulitan menjual juga dialami petani bawang putih di Desa Mojo Tengah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Triono (35), salah satunya. Di lereng Gunung Merapi, dia menanam bawang putih lokal Lumbu Hijau di atas lahan seluas 2.000 meter persegi. Bersama kelompok tani, mereka mengelola lahan seluas 33 hektare.

Hasil panen bawang lokal melimpah. 1 hektare umumnya panen dengan hasil 7-8 ton. Namun, hasil panen tidak terserap pasar.

"Hasil panen bawang kami tidak laku. Belum ada pembeli yang datang. Saya hubungi pembeli, jawabnya pasar lagi penuh," ujarnya.

Tidak cukup disitu, hasil panen varietas lokal bahkan dipasarkan sampai ke daerah lain seperti Semarang, Tawangmangu, pembeli memilih produk impor.

"Kami tidak tahu ini karena pandemi atau apa. Kami berharap bawang kami bisa diserap pasar, atau jika tidak nanti bisa membusuk di rumah karena tidak bisa dijual," tambahnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada 3 Agustus 2020, bawang putih menjadi penyumbang deflasi sebesar 0,03 persen, selain bawang merah (0,12), daging ayam (0,06), gula pasir (0,02).

Deflasi bawang putih tercatat di wilayah Cilacap (0,04), Purwokerto (0,06), Kudus (0,03), Surakarta (0,03), Semarang (0,03) dan Tegal (0,02). Secara umum, Jateng pada Juli 2020 mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper