Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inovasi Produk dan Berjualan Online, Kunci UMKM Jateng Bertahan

UMKM di Jawa Tengah mampu berkelit dari tekanan Pandemi Covid-19 melalui inovasi produk dan strategi pemasaran secara online.
Dinas Koperasi dan UMKM (Dinkop-UMKM) Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan UMKM Virtual Expo 2020 pada 25-27 Oktober 2020 secara daring.
Dinas Koperasi dan UMKM (Dinkop-UMKM) Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan UMKM Virtual Expo 2020 pada 25-27 Oktober 2020 secara daring.

Bisnis.com, SEMARANG – Sejak 2014, Chasna memutuskan untuk berwirausaha. Ia melihat potensi pasar daring, khususnya bagi penjualan produk makanan dan minuman. Muncullah ide untuk membuat olahan singkong.

Ia mencoba membuat berbagai kudapan seperti gethuk, gemblong, hingga kroket dengan bahan baku singkong. Selain karena bahan bakunya yang melimpah, masyarakat juga sudah tidak asing lagi dengan citarasanya.

“Kita pernah dapat bantuan pelatihan dari dinas [baik di tingkat] kabupaten dan provinsi, dinas koperasi dan disperindag juga dapat pendampingan, ilmunya bermanfaat bagi usaha yang sedang dijalankan saat ini,” ungkap Chasna ketika dihubungi Bisnis.

Lewat usaha yang diberinama Papa Singkong, Chasna menjadi salah satu pelaku UMKM Jawa Tengah yang ikut meramaikan UMKM Virtual Expo 2020. Acara yang berlangsung pada 25 – 27 Oktober 2020 ini diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM (Dinkop-UMKM) Provinsi Jawa Tengah.

Chasna mengaku bahwa dirinya baru pertama kali mengikuti pameran UMKM secara daring. “Virtual event belum pernah mengikuti, baru kali ini,” ungkapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ainul Hakim. “Kalau pameran dalam bentuk virtual itu memang belum pernah mengikuti, tapi kalau ngomong penjualan secara online memang 99% pasar kami online,” ungkap pemilik Bintanglima Djersey itu.

Acara ini memang baru pertama kali diselenggarakan di Jawa Tengah. Biasanya, pameran produk UMKM diselenggarakan di convention hall atau galeri. Namun, kondisi pandemi menjadi penghalang. Tak pelak, penyelenggarakan pameran secara daring menjadi jawaban. Hal ini juga menjadi momentum bagi Diskop-UMKM Jateng untuk mengajak pengusaha UMKM di Jawa Tengah untuk ikut beralih ke penjualan daring.

Selama pandemi ini, Ainul mengungkapkan bahwa usahanya sedang naik daun. “Di pandemi ini pemesanan jersey sepeda malah sedang naik-naiknya,” ungkapnya. Ia sudah tak asing lagi dengan model penjualan daring. Pasalnya, sejak 2015 ia sudah terbiasa dengan penjualan daring melalui marketplace.

Dengan berlangsungnya UMKM Virtual Expo 2020, Ainul berharap pelaku UMKM lainnya bisa sepenuhnya melakukan transisi ke penjualan secara daring. “Harapannya mereka benar-benar merasakan bagaimana manfaatnya berjualan secara online,” tambahnya.

Peningkatan omzet penjualan setelah beralih ke daring tak hanya dirasakan oleh Chasna dan Ainul. Roy Wibisono Anang Prabowo, pemilik Naruna Keramik, juga merasakan hal yang sama. Kondisi pandemi memaksa pria yang akrab disapa Roy ini untuk berimprovisasi.

Roy mulai menjual produknya lewat instagram @naruna.official. Beberapa waktu lalu, ia meluncurkan produk berupa teapot yang laku keras. Kondisi finansial perusahaan yang serba minim, tak menghentikannya untuk berinovasi. Sistem pra-pesan (pre-order) digunakan untuk mengumpulkan modal produksi teapot. Sebulan setelah konsumen membayar pesanannya, barulah teapot ini dikirimkan. “Gak punya modal iya, tapi kita harus punya sistem supaya cashflow kita bisa jalan,” ungkapnya.

Tak hanya sistem penjualan dan pemasarannya saja yang berubah, masa pandemi ini juga memaksa Roy untuk berimprovisasi hingga sektor produksi. Alih-alih merumahkan karyawannya, Roy melatih mereka satu per satu untuk bisa melakukan proses produksi di rumah masing-masing. “Ini banyak ibu-ibu yang kami berdayakan, intinya mereka bisa tetap tinggal di rumah, tetap sehat, tapi tetap punya penghasilan,” tuturnya.

Pasang Harga Premium

Meskipun usahanya masih berupa UMKM, Roy berani masuk ke pasar premium. Konsumennya berasal dari restoran, hotel, dan kafe dari berbagai kota besar. “Kenapa? Karena di segmen tersebut tidak menggunakan keramik murah. Itu segmen yang ibaratnya kantong duitnya tidak ada batasnya,” ungkapnya sembari sedikit berkelakar.

Keputusannya ini bukannya tanpa sebab, dengan kualitas produk yang terus ia jaga, wajar baginya untuk memasang harga premium. Meskipun produknya diproduksi oleh tak lebih dari 100 karyawan. “Dari tanah liat 1 kg, bisa harganya macam-macam. Mulai Rp5.000 hingga Rp100.000, padahal tanah liatnya sama. Yang membedakan di art dan teknologi, juga bagaimana cara kita mem-branding produk yang kita jual,” jelasnya.

Roy mengungkapkan bahwa kini ia sudah rutin mengirim produknya ke luar kota. “Banyaknya di Bali, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Jogja,” tuturnya. Selain itu, produknya ini juga sudah menembus pasar internasional. “Kami juga sudah ekspor ke Qatar, Dubai, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, India, Australia, dan Singapura,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper