Bisnis.com, JAKARTA -- Sebagian pengungsi Gunung Merapi yang berada di barak pengungsian Purwobinangun, Pakem, Sleman memilih pulang karena ingin mengurus ternak yang telah lama ditinggal mengungsi.
Berdasarkan catatan dari Pemerintah Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman, jumlah pengungsi yang berada di barak pengungsian total sebanyak 128 orang.
"128 pengungsi terdiri dari laki-laki sebanyak 46 orang dan perempuan sebanyak 82 orang. Jumlah KK ada 67 orang. Dari 128 orang, kelompok rentan ada 67 orang," ujar Kepala Pelaksana Harian Unitlak Desa Purwobinangun, Nurhadi dikutip JIBI, Senin (1/2/2021).
Lebih lanjut, Nurhadi tidak menampik jika warga yang bukan masuk kategori kelompok rentan, artinya dari usia produktif kerap kembali ke rumahnya yang berada di dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman.
Alasan warga kembali adalah merumput untuk memberi pakan ternak mereka. Warga yang kembali ke rumahnya didominasi oleh usia produktif.
"Kembalinya warga ke atas tentunya atas dasar pengawasan dari desa melalui unitlak, BPBD Kabupaten Sleman, dan petugas dari Basarnas. Portal juga masih dijaga, tujuannya untuk melakukan skrining terhadap warga dari luar Turgo," jelasnya.
Sebelumnya, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terus menunjukan peningkatan aktivitas akhir-akhir ini.
Pada Kamis (28/1/2021) mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 2.000 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong.
Melalui akun twitter Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang dipantau di Yogyakarta, menyebutkan awan panas guguran Gunung Merapi terjadi pada pukul 10.13 WIB dan terekam di seismogram dengan amplitudo 69 mm dan durasi 175 detik.
"Tinggi kolom tak teramati, cuaca berkabut, estimasi jarak luncur 2.000 m ke arah barat daya (hulu Kali Krasak & Boyong)," tulis BPPTKG.