Bisnis.com, CILACAP – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap bakal mengalokasikan 200 tangki air bersih untuk mengantisipasi ancaman kekeringan di wilayah tersebut.
“Kami mengalokasikan anggaran sekitar Rp90 juta untuk kebutuhan air bersih masyarakat pada musim kemarau. Jumlahnya bisa mencapai 200 tangki,” kata Tri Komara Sidhy Wijayanto, Senin (12/4/2021).
Dalam keterangan resminya, Tri menjelaskan musim kemarau di Kabupaten Cilacap diperkirakan jatuh pada bulan Mei. Setidaknya, ada 73 desa yang berpotensi mengalami kekeringan. Lokasinya tersebar di 19 kecamatan.
Dengan keterbatasan anggaran pemerintah, Tri berharap masyarakat di sekitar daerah rawan kekeringan mulai bersiap-siap. Misalnya, dengan menampung air hujan atau membuat sumur bor.
“Sehingga saat kemarau tidak hanya menunggu bantuan pemerintah, mengingat kemampuan kami juga terbatas,” jelasnya.
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 – 2020, ada 212,447 hektare lahan di Kabupaten Cilacap yang berpotensi mengalami kekeringan.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Dari potensi bencana tersebut, potensi kerugian ekonomi yang muncul bisa mencapai Rp4,6 triliun.
Risiko tinggi bencana kekeringan juga dimiliki Kabupaten Grobogan. Lahan seluas 201,386 hektare di wilayah tersebut berada di area rawan kekeringan.
Secara umum, di Jawa Tengah ada 3.249.799 hektare lahan yang berpotensi mengalami kekeringan.
Setidaknya, ada 33.763.644 penduduk Jawa Tengah rentan terdampak bencana kekeringan.
Dari jumlah tersebut, 9.014.707 di antaranya merupakan penduduk miskin, sementara 5.380.748 penduduk berada di kelompok umur rentan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan potensi kerugian ekonomi akibat bencana kekeringan di Jawa Tengah berkisar di angka Rp.65 triliun.
Angka tersebut jadi yang tertinggi dibandingkan bencana lainnya. Seperti misalnya gempa bumi yang kerugian ekonominya diperkirakan hanya sekitar Rp10 triliun.
Sebelumnya, pada tahun 2020, musim kemarau yang turun di bulan Agustus menyebabkan bencana kekeringan di sejumlah wilayah.
Kekeringan terjadi di 3 wilayah Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Kebumen, Klaten, dan Wonogiri. Stasiun Klimatologi Semarang mencatat ketiga wilayah tersebut sempat mengalami 60 hari tanpa hujan sejak Juli 2020.