Bisnis.com, SEMARANG — Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) didorong untuk lebih kretif guna menciptakan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan. Semakin kreatif produk UMKM, maka peluang pemasaran akan lebih terbuka.
Bambang Supradono, Komite Ekonomi Kreatif Jawa Tengah, mengatakan bahwa ada sejumlah strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah bagi produk-produk UMKM.
“Ada banyak tahapan yang harus dilalui untuk menciptakan nilai tambah. Seorang pelaku UMKM harus berpikir sesuai dengan rantai nilai,” ujarnya saat menjadi pembicara seminar Sosialisasi UMKM Kreatif Pejuang Nilai Tambah, Jumat (30/4/2021).
Seminar tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara UMKM Gayeng Monco Negoro yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah pada 28 April—2 Mei 2021.
Menurut Bambang, UMKM perlu berpikir tentang nilai tambah pada saat memikirkan konsep produk yang akan dihasilkan. Ia mencontohkan, seorang pelaku UMKM dapat memulainya dengan memikirkan desain produk apa yang akan dibuat dari keanekaragaman hayati yang tersedia di lingkungan sekitarnya.
“Misalnya di sekitar tempat tinggal kita ada banyak sekali produk singkong, yang jika dijual mentah pasarannya hanya sekitar Rp2.000 per kg. Itu bisa menjadi sumber inspirasi, mau diolah menjadi apa singkong itu. Jika diolah menjadi keripik, misalnya, bisa dijual dengan harga Rp25.000 per kg, tapi jika keripiknya dibuat kemasan yang lebih bagus lagi, dengan konsep yang unik, harga jualnya bisa semakin meningkat,” terangnya.
Pelaku UMKM juga perlu merangkai narasi untuk menceritakan produk yang dibuat. Masih terkait dengan produksi singkong, misalnya, seorang pelaku UMKM dapat menampilkan narasi mengenai aspek gizi singkong, cerita pengolahan singkong, ataupun cerita mengenai pemberdayaan masyarakat yang terlibat dalam produksi olahan singkong yang dibuat.
Narasi tersebut, menurut Bambang, menjadi bagian penting dalam materi promosi yang digunakan dalam copywriting untuk memasarkan produk. “Narasi ini bagian dari branding, bagaimana nanti para konsumen memandang produk tersebut,” ujarnya.
Pada sisi yang lain, para pelaku UMKM juga perlu menciptakan nilai tambah berbasis fitur dan manfaat dari produk yang dihasilkan.
Dalam hal fitur, hal yang perlu direspons adalah bagaimana produk UMKM tersebut menawarkan solusi atas kebutuhan yang ada di masyarakat. Bambang mencontohkan produk yang menjawab peningkatan permintaan terhadap produk herbal di tengah kondisi pandemi Covid-19.
“Misalnya produk herbal kan sekarang banyak diminati, tapi produk herbal yang seperti apa? Karena kan banyak juga yang menawarkan. Di sini kita bisa mengajukan produk yang berbeda, seperti misalnya minuman herbal rendah kalori,” lanjutnya.
Bambang juga mengingatkan agar para pelaku UMKM perlu disiplin mendokumentasikan perkembangan produk yang dihasilkan. Setiap seri produk yang dipasarkan harus dicatat dan didokumentasikan, agar tidak lupa. Dokumentasi ini juga perlu sebagai dasar ketika sedang melakukan modifikasi ataupun pengembangan produk.