Bisnis.com, SOLO - Kasus stunting atau perawakan pendek di Kota Solo hingga Oktober 2021 tinggal 459 jiwa atau 1,7 persen.
Jumlah itu diklaim menurun dibandingkan awal tahun lalu yang masih 1.059 kasus.
Ketua Tim Penggerak PKK Solo, Selvi Ananda, mengatakan temuan kasus stunting dari tahun ke tahun terus menurun. Ia menyebut penanganan stunting harus dilakukan gotong royong lintas sektoral.
Hal itu karena tidak hanya kecukupan gizi, lingkungan yang baik dan nyaman juga menjadi faktor penunjang tumbuh kembang anak.
Sementara Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah, Widwiono, meyakini jumlah kasus stunting Solo saat ini bisa teratasi hanya dalam tempo satu tahun.
Temuan kasus stunting di Solo disebutnya paling rendah dibandingkan daerah lain di Jawa Tengah.
Baca Juga
“Saya yakin, intervensi Pemkot dalam penanganan stunting bisa membuat temuan kasus itu selesai dalam kurun waktu satu tahun,” katanya seusai bertemu Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, Rabu (3/11/2021).
Karena itu pula, Widwiono mengaku sengaja berkunjung ke Solo untuk mengadopsi program penanganan stunting agar bisa diterapkan di daerah lain.
Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyebut lingkungan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Penataan sanitasi dan saluran drainase mendukung lingkungan keluarga yang sehat. Pemkot menargetkan Solo zero kasus stunting lewat berbagai intervensi yang bertujuan memperbaiki tumbuh kembang anak.
Pandemi Covid-19, sambungnya, membawa dampak signifikan dalam penanganan stunting, karena banyak orang tua kehilangan pekerjaan bahkan anak kehilangan orang tuanya.
“Kami berkomitmen menekan angka stunting di Solo. Drainase, MCK, sanitasi, pekerjaan dari A sampai Z, dan perlu dimitigasi. Kalau target kami ya nol,” ucapnya.