Bisnis.com, SEMARANG – Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) memperkirakan konsumsi rumah tangga di Jawa Tengah pada tahun 2022 masih bisa mengalami peningkatan. Meskipun Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah mengalami kenaikan tipis, tepatnya di 0,78 persen, konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas masih bisa jadi penopang konsumsi rumah tangga di wilayah tersebut.
“Kondisinya kan sama dengan sekarang yang sebenarnya posisinya sedang recovery. Hanya mungkin [kenaikan UMP ini untuk] menjadi daya ungkit secara psikologisnya kurang begitu kuat,” jelas Wahyu Widodo, Dosen Ekonomi Pembangunan Undip, Rabu (24/11/2021).
Wahyu menjelaskan bahwa kenaikan UMP hanya akan memberikan dampak langsung pada kelompok buruh. “Yang lain-lain saya kira masyarakat berpendapatan menengah ke atas kalau besok direlaksasi setelah natal dan tahun baru, saya kira konsumsinya akan naik. Spending-nya akan naik,” jelasnya saat dihubungi Bisnis melalui sambungan telepon
Jika melihat dari daya belinya, Wahyu menjelaskan bahwa daya beli kelompok buruh masih akan mengalami stagnasi karena terkendala UMP yang hanya naik tipis. “Tapi di kelompok masyarakat lain, sumbangan konsumsi itu akan jauh lebih besar,” tambahnya.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa Tengah secara tidak langsung telah membatasi pengeluaran masyarakat, utamanya kelompok menengah ke atas. Secara jangka panjang, sejumlah pelonggaran yang diberlakukan di beberapa daerah di Jawa Tengah diperkirakan baru bisa terlihat efeknya pada tahun 2022 mendatang.
“Sekarang ini kan [masyarakat] menahan diri karena situasi. Tetapi kalau saya lihat, orang sudah semakin adaptif dengan situasi yang ada. Juga dengan vaksinasi [Covid-19] yang coverage-nya semakin besar. Saya kira kok kasus Covid-19 ini tidak demikian fatal sekali. Ini kan ada adjustment yang baru yang jauh lebih positif. Saya kira masih akan lebih baik konsumsi di 2022, meskipun UMP-nya naik kecil,” jelas Wahyu.
Baca Juga
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada kuartal III/2021 masih bersumber dari usaha di sektor konstruksi. Sementara itu, secara umum, nilai ekonomi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) masing-masing berada di Rp359,52 triliun dan Rp251,24 triliun.