Bisnis.com, SURAKARTA – Usaha makanan dan minuman kini banyak digandrungi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Surakarta. Meskipun memiliki prospek yang menarik, tak banyak pelaku UMKM kuliner yang bisa bertahan dan mengembangkan usahanya. Salah satu penyebabnya adalah terlalu mudah mengikuti tren di masyarakat.
“Kita tidak harus mengadopsi semua tren, apalagi tren yang memang tidak cocok dengan usaha kita. Meskipun itu berjamur, tetapi kalau tidak nyambung dengan usaha kita ya tidak perlu diadopsi,” ucap Serra Argo Rianda dalam sesi diskusi Hetero Fest, Sabtu (18/12/2021).
Pengusaha sekaligus pemilik Vien’s Selat Segar & Sup Matahari tersebut membagikan tips terkait tren-tren yang berkembang di masyarakat, utamanya melalui sosial media. “Misalnya, saya mau buat market baru dari tren yang tidak sesuai dengan usaha saya yang sudah ada. Maka saran saya, akan lebih baik dibuatkan brand yang berbeda,” jelas Serra.
Menurut Serra, konsumen hari ini sangat sensitif dengan brand. Dalam artian, sebuah brand akan dilirik apabila memiliki produk atau jasa yang relevan dengan tren saat ini. “Jadi harusnya difokuskan saja, usaha yang dijalankan mau seperti apa, brand positioning-nya harus tepat,” tambahnya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Surakarta, Retno Wulandari, ikut membagikan kiat bagi pelaku usaha kuliner di Surakarta agar tetap bisa bertahan. “Kalau bicara kuliner dan wisatawan, kita harus transparan. Misalnya, warung-warung harus menyajikan daftar harganya, sehingga konsumen yang datang tidak kecewa. Ini mesti diperhatikan, karena di era sekarang, orang gampang sekali kecewa dan bisa diviralkan di media sosial,” ucapnya.
Retno juga menambahkan bahwa ada tiga aspek manajemen yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha, tak hanya dari sektor makanan dan minuman. “Apapun produknya, bidang apapun, kita harus melihat bagaimana caranya untuk mengembangkan produk secara brand, bagaimana cara menawarkannya kepada customer, juga bagaimana kualitas produk kita sendiri,” jelasnya.
Baca Juga
Terkait tren, Retno menyebut bahwa pengaruh globalisasi memudahkan masyarakat untuk terpengaruh oleh tren yang muncul di media sosial. “Mulai tren Korea, bisa cepat diadopsi dari media sosial, mulai dari lagunya, gaya rambut, sampai makanan. Tetapi ingat, kita punya jatidiri sendiri. Dalam strategi usaha, kita harus mengenal jatidiri kita terlebih dahulu, bahkan harus bisa dikembangkan dan menjadikannya sebagai gaya hidup tersendiri,” jelasnya.