Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meramal Nasib Perekonomian Kota Semarang di Tahun Depan

Sektor perdagangan dan industri pengolahan bakal jadi penopang pertumbuhan perekonomian di Kota Semarang tahun depan.
Pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/1/2021)./Antara-Aji Styawan.rn
Pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/1/2021)./Antara-Aji Styawan.rn

Bisnis.com, SEMARANG - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai diperkirakan masih akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada 2022 mendatang.

Meskipun indikasi pemulihan telah mulai terlihat di tahun 2021, namun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dikhawatirkan bakal ikut menekan laju pertumbuhan ekonomi di tahun mendatang, khususnya ketika kasus coronavirus varian Omicron mulai merebak di Tanah Air.

“Kita melihat bahwa di Jawa Tengah sebenarnya pada tahun 2021 itu [laju pertumbuhan ekonomi] sudah mulai positif. Memang di Kuartal III/2021 kita mengalami sedikit pelemahan growth, ini terutama karena dampak PPKM,” jelas Berry Arifsyah Harahap, Deputi Direktur Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah.

Dalam diskusi ‘Outlook Ekonomi Kota Semarang Tahun 2022’ yang digelar secara daring pada Kamis (23/12/2021) lalu, Berry menjelaskan bahwa di Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang, investasi masih terus menggeliat.

“Tentu pandemi ini aka nada solusinya, sehingga permintaan akan datang kembali. Mereka [investor] bersiap-siap, jadi secara long term ini proyeksi pertumbuhan permintaan masih akan hold, sehingga mereka memilih untuk berinvestasi,” jelasnya.

Peluang tersebut diharapkan akan sejalan dengan berbagai proyek kawasan industri di Jawa Tengah. Sebut saja Kawasan Industri Terpadu Batang yang dalam jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah dengan industri berbasis teknologi tinggi.

Industri juga masih memiliki pengaruh besar bagi perekonomian di Kota Semarang. Setidaknya, sektor perdagangan dan industri pengolahan masih akan jadi pendorong pertumbuhan ekonomi di tahun mendatang. “Karena kita melihat banyak manufaktur yang cukup besar perannya di Kota Semarang. Ada juga sektor perdagangan dan konstruksi, ini menjadi lapangan usaha yang diperkirakan bakal tumbuh dengan baik di tahun 2022 nanti,” jelas Berry.

Sejumlah peluang tersebut tentunya membawa angin segar tak hanya bagi pengusaha, tapi juga pemerintah. Bahkan, Berry mengaku optimis bahwa di tahun 2022 nanti, laju pertumbuhan ekonomi baik di Jawa Tengah ataupun di Kota Semarang akan sama-sama menunjukkan kinerja positif.

“Kalau kita lihat dari 2020 memang Kota Semarang itu mengalami kontraksi. Tetapi masih lebih baik lah secara keseluruhan, apabila dibandingkan dengan Jawa Tengah. Karena Kota Semarang ini didukung oleh industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan," paparnya.

Dengan demikian, dia yakin sektor ini tentunya akan lebih cepat pulih dibanding sektor yang lain, karena memang terkait dengan konsumsi masyarakat.

"Kalau proyeksinya sendiri, di Jawa Tengah kita perkirakan di 5-6 persen. Kemungkinan, untuk Kota Semarang berkisar di angka 6-7 persen,” jelas Berry.

Namun, optimisme tersebut datang dengan sejumlah catatan. Berry menambahkan bahwa Indonesia sebagai negara small-open-economy akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian dunia. “Baik dari sisi kebijakan moneter di negara maju maupun dari sisi kebijakan fiskalnya,” tambahnya.

Meskipun fase ekspansif telah terlihat di beberapa negara maju, menurut Berry masih ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi.

Salah satunya, kondisi Amerika Serikat sebagai negara maju, dari sisi ekonomi. Seperti diketahui, bank sentral AS akan melakukan tapering off.

"Jadi jika selama pandemi The Fed menginjeksi pasar keuangan dengan likuiditas, maka saat ini mereka tengah melakukan pengetatan. Ini akan berpengaruh pada nilai tukar dimana US$ akan semakin kuat karena supply-nya berkurang secara global,” jelasnya.

Selain risiko tapering off, kebijakan fiskal yang diambil negara-negara maju dunia juga diperkirakan bakal memberikan dampak bagi laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, tak terkecuali di Kota Semarang.

“Ini tantangan yang kita lihat ke depan, jadi 2022 kita lihat tentunya ada tantangan terhadap stabilitas nilai tukar, adanya tapering, kemudian isu terakhir juga ada rencana The Fed untuk menaikan suku bunga. Diperkirakan ini akan mengurangi likuiditas pasar keuangan, ini akan berdampak ke kita,” ucap Berry.

Selain tantangan dari kondisi perekonomian dunia, di Kota Semarang sendiri masih menyimpan sejumlah persoalan yang mesti diselesaikan.

Masalah Pengangguran

Firmansyah, pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro, menjelaskan diperlukan perbaikan paradigma konsep pembangunan di Kota Semarang. Saat ini, isu pengangguran jadi persoalan genting yang mesti diselesaikan.

Menurutnya, lapangan pekerjaan ini adalah inti dan menyelesaikan lapangan pekerjaan ini tidak sekedar dengan memberikan pekerjaan saja. Alhasil, semua pihak juga harus memikirkan jumlah pengangguran yang sudah ada serta penambahan angkatan kerja di masa mendatang.

"Artinya, kita harus bekerja lebih banyak, karena pengangguran akan ada terus. Besok, kita harus membuat aktivitas yang lebih besar dari sekarang, pertumbuhan ekonomi harus positif dan membesar, bukan melambat,” jelas Firmansyah.

Firmansyah menambahkan bahwa indikator keberhasilan pembangunan bisa terlihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Prinsipnya, pembangunan harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan.

“Tujuan utama pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan, goals-nya adalah menghilangkan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi, investasi, dan lapangan pekerjaan itu hanyalah target antara saja,” jelasnya.

Melihat kondisi hari ini, menghapuskan kemiskinan di Kota Semarang tampak masih jauh panggang dari api. Pasalnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, selama 3 tahun terakhir persentase kemiskinan di Kota Lumpia justru mengalami kenaikan.

Pada tahun 2019 misalnya, persentase penduduk miskin berada di angka 3,98 persen. Ketika pandemi menghantam Tanah Air di tahun 2020, angkanya meroket hingga di 4,34 persen. Kini, persentasenya berada di 4,56 persen. Fenomena tersebut tak hanya terjadi di Kota Semarang. Bahkan, di tingkat provinsi kondisinya tak jauh berbeda.

Bunyamin, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, menyebut bahwa jumlah penduduk miskin saat ini telah mendekati angka 84.000 jiwa.

“Kemudian Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kita dari tahun 2020 sudah menurun. Tetapi masih sangat kecil, masih di angka 9,5 poin. Di 2020 9,57 poin, sekarang 9,54 poin,” tambahnya.

Meskipun realisasi investasi di Kota Semarang telah mampu melampaui target yang diharapkan. Namun, hingga penghujung tahun 2021, Pendapatan Asli Daerah (PAD) di wilayah tersebut masih mengkhawatirkan. Masih terjadi kontraksi untuk realisasi pendapatan daerah. Sampai 22 Desember 2021, angka realisasinya masih di bawah tahun 2020.

"Jadi kita masih berjuang keras ini,” jelas Bunyamin.

Pada tahun mendatang, Bunyamin menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Semarang masih akan berupaya untuk meningkatkan laju pemulihan ekonomi sembari meningkatkan kualitas sistem kesehatan masyarakat. Dua hal tersebut  merupakan respon atas kondisi pandemi Covid-19 yang hingga kini masih dialami.

Setidaknya, upaya percepatan pemulihan ekonomi tersebut masih akan dilakukan hingga 3 tahun mendatang. Hal tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2022-2026 yang disahkan pada 26 Agustus 2021 lalu. “Harapannya, sampai tahun 2026 atau RPJMD tahun terakhir, kita sudah bisa melaksanakan cita-cita ‘Semarang Semakin Hebat’,” jelas Bunyamin.

Dia menambahkan bahwa cita-cita tersebut menyimpan sejumlah indikator keberhasilan pembangunan dimana kata ‘Hebat’ merupakan singkatan dari penguatan human resources, penguatan ekonomi, behavior masyarakat, penguatan aksesibilitas, serta touch-up.

“Itulah nanti pada akhirnya perwujudan ‘Semarang Semakin Hebat’ dalam dokumen kami ada 17. 4 program di antaranya ada kaitan langsung dengan kemiskinan. Kita harapkan, pada akhir agenda kita bisa menyelesaikan semuanya. TPT bisa semakin menurun, laju pertumbuhan eknomi semakin naik, Indeks Pembangunan Manusia makin naik,” pungas Bunyamin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper