Bisnis.com, YOGYAKARTA - Sebanyak 31 warga DIY meninggal dunia saat Isolasi Mandiri (Isoman) pada periode Januari hingga pekan pertama Maret 2022. Jumlah paling banyak terutama pada Februari atau saat kasus Covid-19 meningkat tajam.
Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Pristiawan Buntoro menjelaskan berdasarkan data yang terekap dalam penanganan jenazah dengan protokol kesehatan Covid-19 sejak Januari hingga hingga 4 Maret 2021 ada 31 orang meninggal saat isolasi mandiri.
Semuanya dimakamkan dengan protokol Covid-19 dan didominasi usia lansia. Dari 31 tersebut terdiri dari Januari ada satu kasus dari Bantul dengan status infeksius.
“Kemudian pada Februari ini ada 21 kasus [yang dimakamkan dengan protokol Covid-19,” katanya Minggu (6/3/2022).
Dari 21 warga meninggal isoman di rumah tersebut terdiri atas Kota Jogja tujuh kasus, Sleman sembilan kasus, Gunungkidul dua kasus dan Kulonprogo ada tiga kasus. Sedangkan Bantul tercatat tidak ada warga yang meninggal saat Isoman pada Februari.
Baca Juga
Dari 21 warga meninggal saat isoman tersebut, semua statusnya terkonfirmasi positif Covid-19.
“Kemudian pada Maret hingga tanggal 4 tercatat ada sembilan kasus [meninggal saat Isoman],” imbuhnya.
Dari sembilan kasus selama Maret itu tercatat dari Sleman ada enam kasus dan Kota Jogja dua kasus.
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menegaskan sebagian besar kasus meninggal dunia disertai dengan komorbid dan berusia lansia. Berbagai upaya telah dilakukan melalui koordinasi dengan kabupaten dan kota untuk melindungi lansia. Salah satunya dengan memberikan perhatian kepada keluarga yang positif tanpa gejala atau gejala ringan yang terdapat lansia atau komorbod. Harapannya mereka dapat diarahkan ke selter jika kondisi rumah tidak memungkinkan untuk dipakai isoman.
“Karena yang perlu dilindungi adalah lansia komorbid ini, bagaimana agar dia tidak tertular dari yang anggota keluarga muda. Karena yang rentan ini yang lansia komorbid. Selain itu kalau di selter bisa dipantau oleh nakes,” katanya.
Aji mengatakan langkah lain di tengah meningkatkan kasus adalah dengan menambah bed rumah sakit, karena saat ini posisi BOR untuk nonkritikal sudah di atas 50%. Dengan ditambah bed harapannya pasien dapat tertangani dengan baik dan fatalitas bisa ditekan.
Negoisasi dengan rumah sakit untuk menambah bed untuk pasien Covid-19 pun terus dilakukan. Mengingat beberapa rumah sakit sempat mengalihkan bed Covid-19 untuk pasien umum setelah sempat kasusnya reda beberapa bulan lalu.
“Kabupaten dan kota sudah bernegosiasi dengan rumah sakit untuk menambah jumlah bed yang ada di masing-masing rumah sakif yang kemarin sempat diganti untuk regular. Ssaya yakin pada saat BOR ini sudah mendekati penuh mereka otomatis akan buka. Karena sudah ada peringatan menteri yang mengatur bahwa di rumah sakit sekian persen harus melayani Covid-19,” ujarnya.