Bisnis.com, SEMARANG - Memasuki minggu kedua Ramadan, kenaikan harga sejumlah komoditas pokok masih terus terjadi di pasaran. Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, per Rabu (13/4/2022), komoditas minyak goreng dan daging sapi dilaporkan mengalami kenaikan harga.
Di Jawa Tengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mencatat harga rata-rata daging sapi has dalam di lima pasar tradisional di Kota Semarang berkisar di angka Rp136.000 per kilogram. Dimana di Pasar Karangayu dan Pasar Bulu Kota Semarang, harga rata-rata bisa mencapai Rp140.000 per kilogram. Sementara itu, untuk komoditas daging sapi paha belakang, harga rata-rata berkisar di Rp124.200 per kilogram.
Lasiman, Ketua Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Indonesia (Apmiso), menjelaskan bahwa kenaikan harga daging sapi telah berdampak bagi pedagang di Jawa Tengah. "Ini mungkin belum terlalu parah. Naiknya baru sedikit. Tetapi sebentar lagi, jelang Lebaran, biasanya naiknya lebih banyak," jelasnya.
Pedagang bakso di Kota Semarang sendiri mengandalkan pasokan dari Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Semarang. Setiap harinya, RPH Kota Semarang menyembelih kurang lebih 40 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa pedagang juga mendatangkan pasokan daging sapi dari beberapa daerah di sekitar Kota Semarang, seperti Boyolali dan Salatiga. Namun demikian, Lasiman mengungkapkan bahwa jumlah tersebut masih belum memenuhi kebutuhan harian pedagang.
"Untuk mengantisipasi kelangkaan daging sapi ataupun kenaikan harga, maka sebagian besar pedagang bakso berinovasi dengan daging kerbau yang didatangkan Bulog. Itu sangat membantu karena prosesnya itu bisa dikombinasi antara daging sapi lokal dengan kerbau," jelas Lasiman.
APMISO sendiri menjadi salah satu distributor daging kerbau dari pemerintah. Di tingkat asosiasi, harga daging kerbau masih berkisar di Rp85.000 per kilogram, harga yang tentunya lebih menguntungkan bagi pedagang.
Baca Juga
Inovasi juga dilakukan pedagang dengan menyampurkan daging sapi atau kerbau tersebut dengan daging beku. Menurut Lasiman, semua itu dilakukan untuk menjaga kualitas serta omzet pedagang. "Makanan itu kan harus mempertimbangkan kualitas, kesehatan, itu tanggung jawabnya dunia akhirat. Gak boleh cuma mempertimbangkan untung besar. Jangan main-main," ucapnya melalui sambungan telepon.