Bisnis.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta bakal memberikan subsidi sebesar Rp2.000/kilogram untuk meringankan biaya transportasi yang mesti ditanggung distributor maupun pedagang bahan pokok. Langkah tersebut menjadi strategi untuk menekan inflasi yang terjadi di DI Yogyakarta.
"Harapan saya Yogyakarta tumbuh. Masyarakat ini makin banyak yang sejahtera, jadi makin punya kemampuan untuk membeli kebutuhan yang memang diperlukan bagi warga masyarakat. Dengan inflasi yang bisa dikendalikan, stabil, tidak fluktuatif hanya karena faktor musim," jelas Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis (17/11/2022).
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun kalender hingga bulan Oktober 2022 di DI Yogyakarta mencapai 5,45 persen. Secara year-on-year, angka inflasi pada periode tersebut mencapai 6,67 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022 yang hanya 5,82 persen (y-on-y).
Sri Sultan menyebut tingginya angka inflasi di DI Yogyakarta bukannya disebabkan oleh kelangkaan barang. Justru, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) secara tidak langsung ikut mengerek harga sejumlah bahan pokok karena beban ongkos transportasi yang terus membengkak.
Pergerakan harga pangan di tingkat global disebut tak punya pengaruh besar bagi perekonomian di DI Yogyakarta. Sri Sultan menjelaskan bahwa dari sisi suplai, kebutuhan bahan pokok khususnya pangan bisa dipenuhi secara mandiri oleh warga.
"Kalau di sini kan sebetulnya tidak punya persoalan dengan itu. Hanya disebabkan minyak naik, ongkos transportasinya naik. Kira-kira kan begitu. Kalau masalah suplainya tidak ada masalah, lombok ada, karena di musim hujan itu biasanya lombok itu tidak ada," jelas Ngarsa Dalem dalam diskusi yang digelar bersama pedagang dan distributor.
Lebih lanjut, Sri Sultan meminta koordinasi para distributor dan pedagang untuk bisa ikut mendukung pengendalian harga kebutuhan pokok tersebut. Caranya, dengan memanfaatkan subsidi transportasi dan tidak menaikan harga demi mengejar margin keuntungan yang berlebihan.
Sri Sultan juga berharap agar distributor dan pedagang di DI Yogyakarta bisa ikut mendukung ketersediaan pangan di wilayah tersebut. "Kita bisa backup para distributor yang memang punya kemampuan untuk mengkonsolidasikan potensi, bisa menampung dengan harga baik. ita coba lewat lelang dan sebagainya. Ini kan harapan kami ada kepastian," tambahnya.
"Harapan saya Yogyakarta tumbuh. Masyarakat ini makin banyak yang sejahtera, jadi makin punya kemampuan untuk membeli kebutuhan yang memang diperlukan bagi warga masyarakat. Dengan inflasi yang bisa dikendalikan, stabil, tidak fluktuatif hanya karena faktor musim," jelas Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis (17/11/2022).
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun kalender hingga bulan Oktober 2022 di DI Yogyakarta mencapai 5,45 persen. Secara year-on-year, angka inflasi pada periode tersebut mencapai 6,67 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022 yang hanya 5,82 persen (y-on-y).
Sri Sultan menyebut tingginya angka inflasi di DI Yogyakarta bukannya disebabkan oleh kelangkaan barang. Justru, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) secara tidak langsung ikut mengerek harga sejumlah bahan pokok karena beban ongkos transportasi yang terus membengkak.
Pergerakan harga pangan di tingkat global disebut tak punya pengaruh besar bagi perekonomian di DI Yogyakarta. Sri Sultan menjelaskan bahwa dari sisi suplai, kebutuhan bahan pokok khususnya pangan bisa dipenuhi secara mandiri oleh warga.
"Kalau di sini kan sebetulnya tidak punya persoalan dengan itu. Hanya disebabkan minyak naik, ongkos transportasinya naik. Kira-kira kan begitu. Kalau masalah suplainya tidak ada masalah, lombok ada, karena di musim hujan itu biasanya lombok itu tidak ada," jelas Ngarsa Dalem dalam diskusi yang digelar bersama pedagang dan distributor.
Lebih lanjut, Sri Sultan meminta koordinasi para distributor dan pedagang untuk bisa ikut mendukung pengendalian harga kebutuhan pokok tersebut. Caranya, dengan memanfaatkan subsidi transportasi dan tidak menaikan harga demi mengejar margin keuntungan yang berlebihan.
Sri Sultan juga berharap agar distributor dan pedagang di DI Yogyakarta bisa ikut mendukung ketersediaan pangan di wilayah tersebut. "Kita bisa backup para distributor yang memang punya kemampuan untuk mengkonsolidasikan potensi, bisa menampung dengan harga baik. ita coba lewat lelang dan sebagainya. Ini kan harapan kami ada kepastian," tambahnya.