Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kawasan Industri Jateng Optimistis Sambut Arus Investasi di 2023

Tahun 2023 dibayangi ancaman resesi dan stagflasi global. Namun demikian, Jawa Tengah masih diuntungkan dengan prospek pasar domestik yang cenderung stabil.
Ilustrasi. Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang./Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.
Ilustrasi. Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang./Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.

Bisnis.com, SEMARANG - Ancaman resesi dan stagflasi tak cuma membayangi kinerja industri di Tanah Air, di daerah seperti Jawa Tengah, ancaman itu jadi momok yang perlu diantisipasi.

Terlepas dari perkiraan itu, pengelola kawasan industri di Jawa Tengah masih optimis tahun 2023 menjadi tahun yang prospektif. Setidaknya bagi kawasan utara Jawa Tengah yang punya beberapa kawasan industri di Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, hingga Kota Semarang.

"Di Batang misalnya, sudah ada fasilitas gas yang jadi komitmen pemerintah untuk memberikan layanan terbaik bagi investor. Kalau dilihat dari jaringan gas yang dikembangkan juga kan melewati kawasan lain di Jawa Tengah. Secara agregat ini akan meningkatkan infrastruktur layanan ke investor," jelas Direktur Utama PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), Ahmad Fauzie Nur saat dihubungi Bisnis pada Jumat (25/11/2022) pekan lalu.

Fauzie menuturkan, Jawa Tengah masih punya peluang untuk menjadi koridor ekonomi baru di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur seperti jaringan gas hingga moda transportasi yang kian variatif, menjadi daya tarik tersendiri bagi calon investor.

"Saya melihat antusiasme mereka atas Indonesia sebagai destinasi investasi. Tinggal dari sisi kitanya sebagai pelaku kawasan industri, harus bisa menginformasikan tentang kelebihan kawasan industri yang ada di Indonesia," jelas Fauzie saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Lebih lanjut, Fauzie tidak memungkiri kekhawatiran yang dialami pelaku industri Tanah Air. Terlebih dengan konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung rampung. Belum lagi ancaman krisis pangan dan energi yang ikut menghantui. "Kita tidak bisa menampik risiko resesi. Tapi ini bukan alasan untuk takut. Bisnis tidak boleh bersembunyi. Hadapi dan jalani, kalau ada risiko ya dimitigasi. Justru penguatan internal korporasi masing-masing itu harus dilakukan sejak saat ini," ucapnya.

PT KIW sendiri bakal berupaya untuk meningkatkan pendapatan berulang atau recurring income untuk memitigasi ancaman resesi dan stagflasi yang menghantui 2023. Berbagai layanan pendukung kawasan hingga fasilitas Bangunan Pabrik Siap Pakai (BPSP) telah disiapkan. Aset perseroan seluas 60 hektare juga telah dikaji untuk bisa memberikan kontribusi paling optimal bagi pendapatan perseroan.

"Tidak semua kita jadikan kavling siap jual atau BPSP. Tapi akan ada peruntukan industrial, commerce, dan mungkin residential. Ini mungkin bisa menjadi bauran yang optimal untuk kinerja KIW," jelas Fauzie.

Pada perkembangan lainnya, optimisme serupa juga muncul dari Kawasan Industri Kendal (KIK). Pasokan Compressed Natural Gas (CNG) dari PT Pertagas Niaga (PTGN) juga proses pembangunan jaringan gas Cirebon-Semarang (Cisem) jadi angin segar di pengujung tahun 2022 ini. "Dengan ketersediaan gas, tentunya selain industri keramik ini akan menjadi sangat attractive untuk industri lainnya. Seperti industri otomotif, elektronik, juga makanan dan minuman," jelas Juliani Kusumaningrum, Head of Sales and Marketing KIK.

Sebagai informasi, pasokan gas itu memang telah ditunggu-tunggu oleh industri keramik yang bakal masuk ke kawasan itu. Kebutuhannya bahkan mencapai enam juta meter kubik untuk bisa mendukung operasional satu pabrik keramik.

Tak hanya pasokan gas, KIK juga telah mendapat dukungan dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang siap memasok daya sebesar 40.000 kilo Volt Ampere (kVA). Hingga Oktober 2022 lalu, sudah ada 78 tenant di KIK yang memanfaatkan daya listrik PLN hingga 36 MVA. "Untuk KIK sendiri, kita masih optimistis semoga tahun depan akan menjadi tahun yang lebih baik dari tahun ini," ucap Juliani.

Ekonom Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo, mengamini peran besar kepastian energi bagi perkembangan kawasan industri di Jawa Tengah. Menurutnya, di tahun-tahun mendatang, pasokan gas itu bakal mengambil peranan penting. Terlebih dengan isu krisis energi yang menghantui dunia.

Terkait proyeksi 2023 mendatang, Wahyu mengungkapkan bahwa perusahaan dengan orientasi ekspor masih mengalami tekanan. Pasalnya, kondisi perekonomian di tingkat global tengah mengalami kontraksi. Namun demikian, Amerika Serikat sebagai raksasa perdagangan dunia telah menunjukkan indikasi pemulihan. Terlihat dari mulai menurunnya angka inflasi di Negeri Paman Sam yang secara tidak langsung menjadi sinyal pengereman kenaikan suku bunga.

"Tahun 2023, secara umum, peluangnya masih prospektif. Mengingat perekonomian domestik cenderung stabil meskipun ada ancaman resesi atau stagflasi global," jelas Wahyu.

Pada tahun 2022 ini, Wahyu mengutip riset dari sejumlah lembaga internasional yang menyebut perekonomian Indonesia bisa tumbuh positif di kisaran 5,2-5,4 persen. Adapun untuk tahun 2023 mendatang, proyeksi awal pertumbuhan ekonomi nasional bisa di kisaran 5,0-5,1 persen. "Jawa Tengah meskipun sedikit lebih tertekan dari perekonomian nasional, tetapi angkanya tidak akan jauh berbeda," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper