Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Harga Pengaruhi Daya Beli Produk UMKM di DIY

Lonjakan harga sejumlah komoditas bahan pokok di Tanah Air mulai berimbas pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di DI Yogyakarta.
Ilustrasi penjual bahan pokok./Bisnis
Ilustrasi penjual bahan pokok./Bisnis

Bisnis.com, SEMARANG - Lonjakan harga sejumlah komoditas bahan pokok di Tanah Air mulai berimbas pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di DI Yogyakarta. "Ini berpengaruh sekali. Dari data inflasi, lonjakan harga itu menunjukkan ada pengaruh pada daya beli masyarakat di DI Yogyakarta," ucap Srie Nurkyatsiwi, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DI Yogyakarta, dikutip Kamis (23/2/2023).

Siwi, sapaan akrabnya, berharap agar lonjakan harga tersebut bisa segera stabil. Dalam artian, meskipun harga belum turun secara signifikan, tetapi pelaku UMKM di DI Yogyakarta bisa segera memenuhi kebutuhan bahan baku produksinya.

Sebagai informasi, berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional, ada sejumlah komoditas yang harganya di DI Yogyakarta sudah melampaui rata-rata nasional. Komoditas cabai rawit merah dan daging sapi jadi beberapa di antaranya.

Komoditas cabai rawit merah misalnya, per 23 Februari 2023 secara rata-rata di DI Yogyakarta dibandrol di Rp62.500/kg. Harga rerata di tingkat nasional untuk komoditas ini adalah Rp58.690/kg. Sementara itu, untuk harga daging sapi di DI Yogyakarta dilaporkan mencapai Rp135.950/kg. Sedikit lebih mahal dari harga rata-rata nasional, dimana selisih atau disparitas harganya berada di atas 1,39 persen.

Pada perkembangan lainnya, meskipun pada awal tahun 2023 ini pelaku UMKM di DI Yogyakarta terpukul akibat lonjakan harga yang terjadi. Namun, Siwi mengaku optimis bahwa sektor UMKM masih bisa tumbuh positif di tahun ini.

"Dalam artinya, 2023 ini programnya kan masih keberlanjutan dari tahun sebelumnya. Tidak cuma pelaku UMKM-nya, tapi program kita juga sudah harus naik kelas. Misalnya, bagaimana kami harus bisa memfasilitasi pelaku UMKM di DI Yogyakarta buat masuk lokapasar internasional," jelas Siwi saat dihubungi Bisnis.

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi DI Yogyakarta, jumlah UMKM di wilayah tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada 2019, jumlah UMKM tercatat di angka 262.130. Belakangan, pada 2021 lalu, jumlahnya sudah mencapai 329.719 unit.

Dari jumlah tersebut, dilihat dari skala usahanya, DI Yogyakarta mempunyai lebih banyak usaha berskala mikro ketimbang usaha kecil maupun menengah. Jumlahnya bahkan mencapai 311.540 unit pada 2021 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper