Bisnis.com, SEMARANG - Koperasi, dalam benak masyarakat, identik dengan produk simpan pinjam. Padahal, soko guru perekonomian nasional itu punya peran yang lebih besar.
Di Jawa Tengah misalnya, tepatnya di Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, berdiri Koperasi Rejo Mulyo yang memasarkan produk hasil olahan petani kopi di Temanggung.
Dari penjuru Nusantara hingga ke mancanegara. Wahyu Setiyono, Ketua Koperasi Rejo Mulyo, merintis badan usaha itu bersama kawan-kawannya pada 2021 silam.
"Awalnya pemasaran kami memang hanya di Jawa Tengah, tetapi perlahan-lahan kami mulai menjangkau Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur, sampai ke Batam dan Makassar. Tahun 2023 kemarin kami juga sudah bermitra dengan eksportir ke Belanda," jelas Wahyu saat ditemui Bisnis.
Setiap tahun, Koperasi Rejo Mulyo mampu memproduksi 50 ton kopi jenis arabika maupun robusta dalam bentuk biji kering atau green bean. Pada tahun ini, 1,8 ton kopi telah berhasil dipasarkan ke berbagai daerah. "Masih ada lagi pesanan 12 ton," kata Wahyu.
Wahyu mengakui bahwa sulit untuk memperkenalkan model koperasi usaha seperti yang dijalankan Koperasi Rejo Mulyo.
Baca Juga
Apalagi petani di Kabupaten Temanggung lebih mengenal koperasi sebagai lembaga pemberi pinjaman. "Bahkan pernah ada yang menghubungi nomor kantor, tanya jaminan BPKB motor bisa dapat pinjaman berapa. Masih ada yang seperti itu," ungkap Wahyu diselingi tawa.
Untuk mengubah pemahaman itu, Wahyu mesti memberikan contoh konkret dari koperasi usaha yang dijalankannya. Dengan menjadi anggota, petani kopi bisa menjual hasil panen dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga di pasaran.
Selain itu, petani juga bisa menerima Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan kepada anggota koperasi setiap tahunnya.Petani juga memiliki daya tawar lebih ketika bergabung ke dalam koperasi. "Anggota kami sebelum bergabung koperasi banyak yang menjual produknya sendiri. Ada yang pernah ketipu, karena tidak ada saringan pembeli. Bargaining point-nya sekarang dengan adanya koperasi, kalau ada konsumen yang wanprestasi bisa dituntut secara hukum," jelas Wahyu.
Gandeng Eks Teroris
Manfaat Koperasi Rejo Mulyo juga dirasakan oleh kelompok masyarakat yang lebih luas. Selain menggandeng petani dan pengolah kopi di Kabupaten Temanggung, Wahyu juga ikut menggandeng mantan napi terorisme. Dari 250 anggota koperasi yang ada, 5 di antaranya adalah bekas teroris yang tengah merintis hidup baru.
"Kami bermitra dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tujuannya untuk menangkal terorisme lewat pendekatan ekonomi, secara soft approach. Sebagai mitra deradikalisasi, mereka kami ajarkan untuk roasting dan pemasaran kopi," jelas Wahyu.
Ke depan, Koperasi Rejo Mulyo berencana untuk terus mengembangkan usaha yang dimilikinya. Wahyu membayangkan, beberapa tahun ke depan mereka bisa membuka toko pertanian khusus buat anggota.
Selain menjamin ketersediaan pupuk dan berbagai kebutuhan petani, rencana itu juga membuka peluang keuntungan baru bagi koperasi. "Setiap tahun kami berusaha menata koperasi ini. Walaupun kecil, tapi paling tidak setiap Rapat Anggota Tahunan (RAT) ada progress baru yang berhasil kami capai. Kami memang belum sempurna, tetapi kami terus mengarah ke sana," kata Wahyu.
Koperasi Rejo Mulyo hanya satu dari 28.483 koperasi yang menjalankan usahanya di Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri terus berupaya untuk mendorong perkembangan koperasi, salah satunya dengan menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Raperda anyar itu telah disiapkan sejak awal tahun 2024. Lewat Raperda itu, produktivitas koperasi bisa ikut dipacu sehingga berkontribusi positif bagi sektor keuangan daerah.
"Diharapkan, Raperda itu nantinya dapat memberikan kepastian hukum sekaligus mampu memajukan koperasi dan UMKM melalui sinergitas dengan sejumlah pihak, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah," kata Sumarno, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.