Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Industri Keramik Turun 15%

Kelesuan industri properti dan tekanan impor membuat produksi industri keramik turun sekitar 15% sepanjang 2016.
Ilustrasi./Antara
Ilustrasi./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Kelesuan industri properti dan tekanan impor membuat produksi industri keramik turun sekitar 15% sepanjang 2016.

Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Elisa Sinaga, mengatakan stok yang menumpuk semakin penuh di gudang sepanjang 2016 memaksa pabrik-pabrik keramik mengurangi produksi.

Dia memperkirakan volume produksi keramik sepanjang tahun lalu turun sekitar 15%. Proyeksi tersebut dihitung berdasarkan data utilisasi produksi pabrik perusahaan anggota Asaki.

Produsen keramik, lanjutnya, hanya menggunakan sekitar 60% dari total kapasitas produksi terpasang yang sebesar 580 juta meter per segi.

“Untuk volume produksi tepat masih harus menunggu laporan seluruh anggota. Tetapi, berdasarkan utilisasi produksi yang dilaporkan ke saya, produksi tahun lalu 15% lebih sedikit dibandingkan 2015,” kata Elisa kepada Bisnis, Selasa (10/1/2017).

Penundaan proyek-proyek properti adalah faktor utama yang membuat penjualan keramik merosot. Namun, industri keramik domestik juga tertekan oleh volume impor yang semakin tinggi.

Elisa mengatakan volume impor keramik (tiles) tumbuh sekitar 25% dari 35 juta meter per segi pada 2015 menjadi 43 juta meter per segi pada 2016.
Keramik impor, jelasnya, dipasarkan dengan harga yang sangat murah.
Produsen keramik asing agresif mengobral produk mereka karena permintaan di pasar regional, khususnya China, sedang merosot.

Produsen keramik domestik mau tidak mau terpaksa menekan harga produk mereka agar bisa bersaing dengan keramik impor. Namun, kemampuan produsen lokal bersaing harga terbatas oleh biaya produksi yang lebih tinggi di Indonesia.

“Ini makanya kami minta pemerintah segera merealisasikan janji menurunkan harga gas. Jangan sampai begitu permintaan tumbuh lagi, justru dimanfaatkan oleh produsen luar,” kata Elisa.

Industri keramik adalah salah satu dari 11 sektor industri yang diusulkan oleh Kementerian Perindustrian sebagai penerima penurunan harga gas industri.

Presiden Jokowi pada awal Oktober tahun lalu telah memerintahkan agar harga gas industri turun menjadi US$6 per MMBTU di pintu pabrik pada 1 Januari 2017. Namun, sampai pertengahan Januari, Kementerian ESDM baru menetapkan penurunan harga gas untuk perusahaan di sektor industri pupuk, petrokimia, dan baja.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro