Bisnis.com, SEMARANG — Industri karoseri nasional mengklaim telah menggunakan 60% bahan baku lokal, dan mendatangkan bahan dari luar negeri untuk produk yang belum tersedia di Tanah Air.
Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) T.Y Subagio mengungkapkan, bahan baku impor digunakan lantaran tidak tersedia di dalam negeri. “Bahan baku ada asal impor, tapi banyak lokal yang digunakan,” kata Subagio kepada Bisnis, Senin (28/1/2019).
Dia menjelaskan, produk-produk lokal umumnya digunakan untuk bodi. Adapun produk yang masih impor biasanya berupa komponen untuk kendaraan-kendaraan yang tidak diproduksi di dalam negeri.
Komponen kendaraan yang didatangkan oleh pelaku usaha karoseri dari luar negeri, dia mencontohkan, salah satunya adalah lampu untuk kendaraan niaga bus.
“Untuk bus seperti lampu [komponen yang masih diimpor]. Kalau kendaraan khusus seperti damkar [pemadam kebakaran] masih banyak dan juga ambulance. Tidak ada laporan khusus dari anggota, khususnya komponen yang diimpor,” katanya.
Adapun industri karoseri di Jawa Tengah sebanyak 70 perusahaan terdaftar sebagai anggota Aksarindo. Jumlah pelaku usaha karoseri yang tidak terdaftar bisa lebih banyak.
Tidak hanya itu, pelaku usaha karoseri di Jawa Tengah juga memiliki teknologi tinggi dalam memproduksi bus dan kendaraan khusus seperti kendaraan pemadam kebakaran.
Dia melihat, banyak pelaku usaha karoseri di Jawa Tengah lantaran posisi Jateng yang berada di tengah Pulau Jawa membuat pangsa pasarnya besar karena jangkauan lebih luas.
Saat ini, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dilihat Bisnis, penjualan ritel kendaraan niaga bus di dalam negeri sepanjang tahun lalu tercatat lebih rendah dibandingkan penjualan pada Januari—Desember 2017.
Dalam data Gaikindo, penjualan ritel kendaraan niaga bus sepanjang 2018 sebanyak 3.634 unit atau lebih rendah sekitar 5% dibandingkan penjualan pada 2017, yakni 3.814 unit.
Berbeda dengan penjualan ritel bus, penjualan ritel kendaraan niaga truk sepanjang 2018 justru mencatatkan tren positif.
Gaikindo mencatat, penjualan ritel kendaraan niaga truk dari Januari sampai Desember tahun lalu sebanyak 112.784 unit atau lebih banyak 22.334 unit dibandingkan penjualan ritel pada periode yang sama 2017, yakni 90.450 unit.
Masih dalam data Gaikindo, penjualan ke diler kendaraan niaga bus sepanjang tahun lalu juga tercatat lebih rendah sekitar 2% dibandingkan dengan wholesales pada Januari—Desember 2017, yakni dari 3.598 unit menjadi 3.519 unit.
Kemudian, wholesales kendaraan niaga truk mengalami pertumbuhan sekitar 27%, dari 89.348 unit pada Januari—Desember 2017 menjadi menjadi 113.909 unit sepanjang tahun lalu.