Bisnis.com, YOGYAKARTA—Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur yang juga dikenal dengan nama Badan Otorita Borobudur (BOB) segera mengoperasikan Glamorous Camping (Glamping) De Loano dan Pasar Digital pada 14 Februari 2019.
Direktur Utama BOB Indah Juanita mengungkapkan untuk melaksanakan amanat Perpres No.46/2017 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur yaitu mengembangkan zona otorita menjadi destinasi wisata dan implementasi strategi pariwisata, maka BOB mengembangkan glamping di zona otorita dan atraksi pendukungnya. Zona otorita ini diberi nama Borobudur High Land dan glamping yang dikembangkan diberi nama De Loano.
“Luas lokasi event 1,3 hekatre (ha) dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan mobil off-road. BOB akan menyediakan semi-outdoor restaurant, tourism information center, semi-outdoor cinema, cozy seating spot, photospot, dan public toilet,” ujar dia dalam jumpa pers di Kantor BOB, Jl Faridan M Noto, Yogyakarta, Kamis (7/2/2019).
Ia menjelaskan De Loano merupakan hasil sinergi antara BOB dengan Perum Perhutani. De Loano adalah showcase yang mempromosikan konsep pengembangan glamping kepada masyarakat dan investor.
Harapan BOB, dengan adanya kegiatan glamorous camping, maka seluruh pemangku kepentingan akan mendapatkan pengalaman mengikuti kegiatan glamping dan berbagai aktivitas yang dapat dinikmati.
“Glamorous camping bukan hanya tenda, melainkan juga aktivitas penyertanya yang akan memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Dalam mengembangkan De Loano, BOB melibatkan masyarakat, dari semenjak proses persiapan lahan, bahan-bahan yang diperlukan, hingga pada operasionalnya.”
Berdayakan Warga
BOB akan mengembangkan aktivitas pendukung kepariwisataan di sekitar zona otorita dengan melibatkan masyarakat. BOB berharap dengan adanya pengembangan di zona otorita, ke depan dapat memberikan dampak ekonomi positif, tidak hanya bagi institusi, tetapi juga bagi masyarakat, dan menjadi model pengembangan kawasan pariwisata di area kerja BOB.
Organisasi dan tata kerja BOB diatur di dalam Peraturan Menteri Pariwisata No.10/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita Borobudur.
Tugas utama BOB mencakup pengembangan zona otorita seluas 309 ha di Purworejo dan melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi di kawasan koordinatif yang terdiri dari DPN Borobudur-Yogyakarta, DPN Semarang- Karimunjawa dan DPN Solo-Sanginan.
Guna menambah atraksi dan keterlibatan masyarakat, BOB bekerja sama dengan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Purworejo menggelar pasar digital di Desa Sedayu, Loano, Purworejo, Jawa Tengah, yang hanya berjarak 15 menit dari lokasi glamping.
Pasar digital dijadikan sebagai salah satu aktivitas dari pengunjung glamping. Kegiatan ini adalah implementasi strategi Menteri Pariwisata tentang digital destination. Sekitar 70 anggota masyarakat akan berjualan produk lokal dan pasar ini akan diviralkan oleh GenPI.
Sinergi
Direktur Destinasi Pariwisata BOB Agustin Peranginangin mengungkapkan lahan yang dikelola BOB seluas 309 hektare dengan dua status yaitu seluas 50 hektare sebagai lahan Hak Pengelolaan (hpl) dan 259 hektare bekerja sama dengan Perhutani.
Ia mengatakan lahan seluas 259 hektare tetap menjadi kawasan hutan yang nanti posisinya akan menjadi wanawisata. Sementara itu, 50 hektare akan dikeluarkan dari kawasan hutan dengan proses tukar-menukar lahan.
“Karena di Pulau Jawa jumlah hutan enggak boleh dikurangi. Nanti akan diganti dengan lahan di Cilacap atau Kendal. Kita ajukan di sana. Sedang proses,” ujar dia.
BOB juga membuka kesempatan dengan pihak lain. Para investor akan mendapat hak guna bangunan di atas lahan HPL. “Mereka nanti bisa mengelola selama 30 tahun karena memang dalam mengembangkan kawasan wisata itu return-nya lama. Harapan kami ini bisa investasi bagus,” ujar dia.
Agustin menjelaskan untuk lahan seluas 259 hektare, BOB bekerja sama dengan Perhutani. Kepemilikan area tersebut tetap pada Perhutani, tetapi manajemen dilakukan oleh BOB.
Meski demikian, dalam pengelolaan semua harus dikonsultasikan dan disetujui Perhutani sehingga pengelolaan yang diambil tetap menjaga fungsi hutan.
“Tahapan awal ini seluas 3 hektare ini untuk promosi dan tidak ada penebangan pohon. Bahkan, misalnya di sela-sela yang biasanya ditanami kopi oleh masyarakat tetapi kosong, maka akan kami isi. Untuk investor yang akan masuk, kami tetap akan berkonsultasi dengan Perhutani apakah tawaran investasi itu diizinkan atau tidak,” papar dia.
Untuk akses, ia mengatakan akses jalan menuju lokasi sudah cukup bagus. Para tamu bisa parkir di area parkir Kebun Teh Nglinggo, Samigaluh, Kulonprogo kemudian dilanjutkan berjalan kaki sekitar 300 meter menuju lokasi Glamping De Loano. (Kusnul Isti Qomah)