Bisnis.com, SRAGEN – “Sejelek-jeleknya perlakuan dia ke kamu, dia tetaplah seorang ibu yang sudah berjasa dalam melahirkanmu ke dunia.”
Kalimat itu selalu menjadi motivasi Noorlisaat Fitri, 24, dalam mencari keberadaan ibu kandungnya, Ismiyati, 50, yang sudah pergi meninggalkannya selama 22 tahun.
Tentu bukan perkara mudah bagi warga Dusun Bulakrejo, Desa Tangkil, Sragen ini untuk mencari ibunya. Apalagi, ibu kandungnya itu pergi saat Noor masih berusia sekitar 2 tahun.
“Karena ada masalah dengan bapak, ibu pergi meninggalkan kami. Setelah saya dewasa, saya baru tahu ternyata saya dibesarkan bersama ibu tiri,” ujar Noor yang masih berada di Pasuruan saat dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) melalui telepon, Selasa (19/2/2019).
Noor tidak pernah merasa marah kepada ibu yang tega meninggalkannya saat usianya dua tahun.
Dia meyakini pasti ada alasan kuat bagi ibunya untuk pergi meninggalkannya. Sebagai seorang anak, Noor terus berupaya mencari keberadaan ibu kandungnya itu.
Dia pernah bertanya kepada bapaknya, Supardi, namun tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Pernah suatu ketika Noor nekat meminta bantuan seorang dukun untuk mencari ibu kandungnya, namun tidak ada titik terang.
“Saya ingin sekali bertemu ibu. Bahkan jika ibu sudah tidak ada, saya ingin sekali mengunjungi makamnya. Karena itu, saya selalu berdoa semoga Allah mempertemukan dengan ibu di kemudian hari,” papar Noor.
Pada 2012, Noor menikah dengan pria yang dicintainya. Momen sakral tersebut pun terasa kurang sempurna tanpa hadirnya ibu kandungnya. Noor yang sudah dikaruniai seorang anak tidak pernah berhenti berharap untuk bisa bertemu ibu kandungnya.
Caption: Noorlisaat Fitri (kanan) bersama ibu kandungnya, Ismiyati, 50, (tengah) dan kakak tirinya saat bertemu di Pasuruan, Minggu (17/2)./Ist |
Melalui Facebook, Noor pernah mengetik nama ibunya di kolom pencarian. Meski sudah menelisik satu per satu nama akun bernama Ismiyati, usaha itu sia-sia. Hingga suatu ketika, Noor kepikiran untuk menanyakan keberadaan ibunya melalui sebuah grup di Facebook.
“Pada tanggal 9 Februari, saya coba bertanya ke grup KWS [Kumpulan Wong Sragen]. Dari grup itu, saya kemudian dimasukkan ke sebuah grup WA yang di dalamnya terdapat seorang admin grup Facebook di Banyuwangi,” ucap Noor.
Melaui postingan grup Informasi Banyuwangi, I Love Banyuwangi dan Banyuwangi Bersatu, Noor meminta bantuan warga Banyuwangi untuk mencari keberadaan ibu kandungnya yang sudah berpisah selama 22 tahun.
Postingan itu mengundang empati banyak anggota. Mereka banyak berkomentar dan mendiskusikan masalah itu. Beberapa di antara mereka menyarankan supaya Noor memposting foto ibu kandungnya itu.
“Setelah saya mencari, akhirnya ketemu foto ibu bersama saya yang masih bayi. Foto itu masih disimpan adik dari bapak. Saya lalu memposting foto ibu saya itu,” jelas Noor.
Foto Ismiyati itu akhirnya beredar luas di sejumlah grup WA dan facebook warga Banyuwangi. Siapa sangka, ada seseorang yang mengenali wajah dari Ismiyati waktu masih muda. Orang tersebut tak lain adalah saudara dari Ismiyati sendiri.
“Saya lalu berhasil mendapat nomor HP ibu dan bisa menjalin komunikasi dengannya. Waktu kali pertama video call, saya nangis sampai susah mau ngomong apa. Ibu juga nangis. Tapi dia menasihati saya supaya tidak nangis karena sudah bertemu ibu. Saya bilang kangen sekali padanya,” ucap Noor.
Setelah mengajukan cuti kerja selama sepekan, bersama suami dan anaknya, Noor berkesempatan pergi ke Pasuruan untuk menemui ibu kandungnya, Ismiyati, pada Minggu (17/2).
Ismiyati sebetulnya lahir dan dibesarkan di Banyuwangi, namun ia memilih menetap di Pasuruan yang menjadi kampung halaman ibu kandungnya.
“Minggu pagi pukul 04.00 WIB, saya bertemu ibu. Pertama awal ketemu, saya nangis terus. Tapi sekarang saya sudah tidak bisa nangis. Sekarang saya bahagia karena sudah dipertemukan ibu setelah 22 tahun berpisah,” ujarnya.
Di Pasuruan, Ismiyati sudah menikah lagi. Namun, ia belum dikaruniai anak dari suaminya itu. Namun, ia memiliki anak tiri yang lahir dari istri pertama suaminya sekarang.
“Sayang saya di sini [Pasuruan] cuma bisa sepekan. Hari Minggu sudah harus balik Sragen untuk bekerja. Paling tidak sekarang saya sudah tahu keberadaan ibu. Jadi, mulai sekarang saya punya agenda untuk mudik saat Lebaran. Biasanya tidak pernah merasakan nuansa mudik itu bagaimana,” kelakar Noor.
Bertemu dengan ibu kandungnya yang telah berpisah selama 22 tahun itu menjadi kado yang teramat istimewa di hari ulang tahun ke-24 dari Noor yang tepat jatuh pada hari Selasa (19/2).