Bisnis.com, SEMARANG - Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, swasta dan pihak terkait lain untuk menyelamatkan Rawa Pening dari ancaman kerusakan lingkungan.
Kendati demikian, sampai saat ini, kondisi danau alami tersebut belum menunjukan dampak signifikan secara nyata.
Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono menjelaskan berbagai upaya untuk memulihkan kapasitas dan fungsi Rawa Pening telah dilakukan sejak lama, namun dirasakan progresnya masih lambat. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah strategis guna mengnyinergikan berbagai program penyelamatan Rawa Pening ini secara efektif dan optimal.
Disebutkan, upaya penyelamatan Rawa Pening di antaranya, rehabilitasi lahan pada catchment area atau area tangkapan waduk melalui reboisasi dan penghijauan pada lahan terbuka yang sebelumnya untuk kegiatan budidaya pertanian, pengendalian sedimentasi berupa pembuatan bangunan sumur resapan, pengerukan danau, pengendalian gulma air dengan pembersihan eceng gondok secara rutin, serta penetapan zona sempadan danau.
“Juga pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat di sekitar Rawa Pening juga kita lakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam merawat dan menjaga fungsi danau tersebut,” ujar Sri Puryono melalui siaran persnya Selasa (25/6/2019).
Rawa Pening yang merupakan salah satu dari 15 danau prioritas nasional memiliki manfaat tinggi sebagai sumber air tawar, produksi pangan dan pengendali banjir. Perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air maupun di badan danau telah mengubah fungsi danau sebagai pengatur tata air, akhirnya menjadi terganggu.
Berdasarkan hasil identifikasi luas badan danau menggunakan fasilitas citra satelit, kata dia, telah terjadi penyusutan luas badan danau dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Luas Rawa Pening berkurang dari semula 2.670 hektare menjadi 1.850 hektare.
“Faktor-faktor yang menjadi penyebab degradasi lingkungan dan penyusutan luas Rawa Pening, antara lain terjadinya perubahan tata guna lahan pada hulu daerah tangkapan air serta pada badan danau,” katanya.
Selain itu, jumlah dan luasan tanaman gulma seperti eceng gondok telah menutup hampir 47% luasan danau, mengakibatkan degradasi lingkungan Rawa Pening. Tidak hanya itu, sedimentasi dan pencemaran akibat aktivitas yang terjadi pada catchment area danau, limbah rumah tangga, limbah ternak dan limbah budidaya ikan yang berasal dari 600 unit keramba ikan semakin memperburuk lingkungan Rawa Pening.
“Saya berharap, workshop ini menjadi media yang mengnyinergikan berbagai program penyelamatan Rawa Pening. Permasalahan yang ada di Rawa Pening harus kita keroyok ramai-ramai, sehingga danau ini kembali bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.