Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukopin Gencarkan Kredit Koperasi Dimulai dari Semarang & Solo

PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP) menargetkan pembiayaan kredit Swamitra ke 100 koperasi dengan jumlah debitur sekitar 10.000 orang. Program ini diharapkan memperkuat penetrasi perusahaan ke segmen ritel.
Direktur UMKM Bank Bukopin Heri Purwanto (tengah) menyampaikan perusahaan menagetkan program Swamitra yang sudah direvitalisasi mencapai 100 koperasi dengan jumlah debitur sekitar 10.000 orang. Hal itu disampaikannya di sela kegiatan Hari Koperasi Nasional di Purwokerto, Jumat (12/7/2019)/Bisnis.com
Direktur UMKM Bank Bukopin Heri Purwanto (tengah) menyampaikan perusahaan menagetkan program Swamitra yang sudah direvitalisasi mencapai 100 koperasi dengan jumlah debitur sekitar 10.000 orang. Hal itu disampaikannya di sela kegiatan Hari Koperasi Nasional di Purwokerto, Jumat (12/7/2019)/Bisnis.com

Bisnis.com, PURWOKERTO—PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP) menargetkan pembiayaan kredit Swamitra ke 100 koperasi dengan jumlah debitur sekitar 10.000 orang. Program ini diharapkan memperkuat penetrasi perusahaan ke segmen ritel.
 
Direktur UMKM Bank Bukopin Heri Purwanto menyampaikan, perusahaan menagetkan program Swamitra yang sudah direvitalisasi mencapai 100 koperasi dengan jumlah debitur sekitar 10.000 orang. Sampai saat ini, pembaruan program yang diluncurkan sebelum Lebaran 2019 itu sudah menyalurkan kredit bagi 5 koperasi yang mencakup 20-an debitur.
 
“Kita baru menyalurkan kredit di Semarang dan Solo, piloting memang masih di Jawa. Targetnya sampai akhir tahun bisa memberikan pembiayaan ke 100 koperasi, dengan jumlah debitur 10.000-an orang,” tuturnya di sela kegiatan Hari Koperasi Nasional di Purwokerto, Jumat (12/7/2019).
 
Swamitra, sebagai program kemitraan Bukopin dengan koperasi, sejatinya sudah diluncurkan sejak 1997. Pada 12 Juli 2018, Swamitra diresmikan oleh Presiden RI ke-3, B. J. Habibie.
 
Heri mengungkapkan, revitalisasi Swamitra dilakukan untuk menyempurnakan model bisnis dan memperkuat segmen ritel. Dengan perubahan tersebut, Bukopin berfokus kepada koperasi-koperasi yang memiliki anggota yang bergerak dalam usaha sejenis, seperti koperasi pasar (Kopas).
 
“Kali ini, kami lebih fokus ke koperasi dengan usaha sejenis, seperti koperasi susu Sapi di Boyolali, atau koperasi Mebel di Sukoharjo, itu menjadi segmen-segmen yang potensial,” imbuhnya.
 
Menurut Heri, program Swamitra memungkinkan anggota koperasi mendapatkan kredit pada hari yang sama saat pengajuan. Nominal kredit Swamitra berkisar Rp500.000—Rp50 juta, bunga sekitar 3% per bulan, dengan tenor pinjaman hingga 1 tahun.
 
Syarat kredit pun terbilang mudah. Pertama, calon debitur merupakan anggota koperasi. Kedua, memiliki usaha dengan lapak yang tetap. Ketiga, ada agunan seperti tempat usaha.
 
Namun, agunan tersebut juga tidak memberatkan, misalnya, pedagang di pasar dapat menjaminkan haknya atas lapak kios. Bahkan, pedagang yang mangkal di trotoar juga bisa mengagunkan haknya atas trotoar, asalkan dia membayar retribusi tempatnya secara resmi.
 
“Kalau yang tempat dagangnya pindah-pindah masih belum bisa. Yang jelas, program Swamitra ini juga menyasar segmen yang non bankable, tetapi visible,” tuturnya.
 
Dia mencontohkan, tukang gorengan dengan omzet Rp300.000 per hari terkadang membutuhkan modal untuk menambah gerobaknya. Dengan perkiraan pendapatan tersebut, tukang gorengan bisa mendapatkan kredit hingga Rp5 juta.
 
Adapun, koperasi mendapatkan fee dari dua kegiatan Swamitra. Pertama, membantu mencarikan debitur, meskipun keputusan kredit ada di Bukopin. Kedua, koperasi membantu penagihan anggotanya yang menjadi debitur.
 
“Koperasi nantinya mendapat fee based dari dua tugas itu,” ujar Heri.
 
Segmen Ritel

Penetrasi kredit ke anggota koperasi merupakan salah satu upaya Bukopin menyasar segmen ritel. Diharapkan komposisi penyaluran kredit untuk pasar ritel mencapai 70% pada 2019.
 
Heri mengakui, pada semester I/2019 pertumbuhan penyaluran kredit Bukopin masih di bawah 5%. Namun, sampai akhir 2019 perusahaan masih membidik pertumbuhan kredit sekitar 11%-12%.
 
“Kita harapkan setelah momen Pilpres, iklim usaha membaik sehingga kredit ikut meningkat. Makanya kita kejar di semester II/2019, utamanya 70% segmen ritel, sisanya korporasi,” ujarnya.
 
Untuk kredit segmen ritel, Bukopin dapat memberikan pinjaman dalam 4 kelas, mulai dari Rp10 miliar, Rp7,5 miliar, Rp4 miliar, hingga Rp2,5 miliar. Proses keputusan kredit dapat diambil langsung oleh masing-masing kantor cabang, tidak harus ke pusat.
 
Menurut Heri, kunci mengejar segmen ritel adalah kecepatan mengakses pinjaman, sehingga hal itu bisa diputuskan oleh kantor cabang. Pinjaman akan turun dalam jangka waktu maksimal 14 hari.
 
Maraknya pengembangan industri teknologi finansial juga mendorong Bukopin untuk melakukan transformasi sistem teknologi, agar dapat menggaet pasar tersebut.

Perusahaan sudah mengaplikasikannya melalui kerja sama dengan TaniHub senilai Rp15 miliar untuk memberikan pembiayaan kepada mitra petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper